• Home
  • Music
  • Work & Values
  • MarComm & Branding
  • Travel
  • Books

Blog Penny Hutabarat

book that have inspired me

Face Your Fears

05.21
Ketakutan (fears) pasti ada, dan itu terjadi pada setiap kita. Termasuk juga untuk mereka yang sedang memulai passionate project, menjalani start up dan usaha bisnisnya atau yang sedang menghadapi tantangan baru dalam pekerjaannya. Mengingat perasaan takut itu hampir pasti muncul di hari-hari yang kita jalani, satu-satunya cara adalah belajar menghadapinya. Learn to face it!





Tidak jarang, rasa takut juga dapat membantu kita dalam menyikapi situasi yang urgent. Ini yang namanya "fight-or-flight" response, yang mendorong seseorang untuk taking action. Di sisi lain, banyak juga dari kita yang menghadapi rasa takut dengan berhenti bertindak (stop acting), mungkin karena merasa kewalahan dan overwhelmed, mundur lalu menyerah, atau menggunakan rasa takut sebagai alasan untuk not to start something that matters. 

Untuk itu, kita perlu mengingatkan diri sendiri bahwa setiap orang face the fear. Termasuk orang-orang yang kita pandang berhasil dan sukses, mereka juga bertempur dengan kesulitan. Penting untuk kita mengelola bagaimana menghadapi rasa takut itu, create a plan to overcome the fears. 

Apa yang membedakan ultimate successes dengan ultimate failures? yang membedakannya adalah Fokus kita. 


~The more we focus on our fear, the more it grows and distorts our behavior. 


Untuk itu, daripada memilih fokus pada ketakutan tersebut, yang tentu tidak selalu dapat dikontrol, lebih baik untuk kita berfokus pada apa yang mampu kita kontrol yakni our actions. Bagaimana kita bereaksi terhadap negative feelings akan menjadi kunci keberhasilan kita.

Blake Mycoskie, dalam bukunya "Start Something That Matters" berbagi bagaimana ia menghadapi rasa takut dan fight off fear. Membaca buku-buku biografi, berdiskusi dengan orang-orang yang sukses di bidangnya, mendengarkan presentasi atau paparan dari leaders, akan membuat kita "melihat" dan mendengar tentang bagaimana mereka pernah melakukan kesalahan, menghadapi rasa takut & kegagalan. Lalu "memanfaatkan" moment tersebut sebagai titik tolak yang dapat menjadi berkat terbesar yang membawa pada kemenangan dan keberhasilan, termasuk dalam face the fears. Ini adalah pelajaran sepanjang hayat yang perlu terus kita pelajari dan hadapi.



Dalam memulai dan menjalani project TOMS Shoes-nya, Blake Mycoskie memanfaatkan beberapa cara efektif untuk live with the fear until he can overcome it:

  •  Remembered to live your story.   Kembali pada core question: "Why am I doing this"? Ketika kita kembali pada motivasi utama kita yang terdalam, kita kembali menegaskan authenticity dari apa yang kita jalani dan kerjakan.

  • Surround yourself with enthusiastic people & inspirational quotations. Pengalaman Blake dalam mendirikan brand TOM Shoes (seperti yang dibagikan dalam buku "Start Something that Matters), ia dikelilingi oleh internship teams yang punya antusiasme, rasa percaya diri dan membantunya merasa penuh energi untuk mewujudkan gagasan bersama timnya. Kebiasaannya memasang powerful words di ruang kerjanya juga membantunya face the fears. 
  • One small step on a long journey.  Ada baiknya kita tidak melihat langkah ke depan atau next step sebagai resiko yang luar biasa. Starting small. Pernah mendengar Japanese Concept yang dikenal dengan "Kaizen"? Kaizen berarti melakukan improvements kecil dan sedikit demi sedikit setiap hari, yang pada waktunya akan membawa pada massive improvement secara keseluruhan. Starting small, misalnya kamu telah memiliki pekerjaan rutin tetap, namun kamu punya passion di bidang lainnya. Contoh: kamu seorang guru di sekolah, tapi punya passion di bidang tulis-menulis. Kamu tidak perlu meninggalkan pekerjaan tetapmu. Bisa mulai melakukan passion mu sebagai part-time dulu. Lalu bila di kemudian hari, kamu menemukan bahwa passion dan keahlian dari side project tersebut juga bisa berdampak dan bermanfaat untuk dirimu tidak hanya dari sisi finansial tapi juga punya "meaning" untukmu dan orang-orang disekitar, mengapa tidak untuk take the next step menjadikan keahlian dan passionate project mu sebagai pekerjaan dan bisnis yang bermanfaat. 
  •  Conditions are never perfect. Salah satu letak ketakutan kita yaitu takut bila waktu kita memulai project atau bisnis tersebut adalah wrong time dan merasa harus menunggu sampai "the time is right". Masalahnya: the timing is never right!  Keadaan tidak pernah sempurna seperti yang diinginkan. Jadi bila kamu menunggu timing to be right untuk melakukan sesuatu, kamu tidak akan pernah make a move at all.  
  • Don't fear the unknown. Orang cenderung berpikir bahwa mereka dapat start something hanya bila mereka totally & completely memiliki pengetahuan tentang bidang yang akan dimasuki atau digeluti. Sedangkan hal itu kemungkinan will never happen. Jangan menunggu untuk knowing everything. Bila kamu memiliki good idea, energi yang positif, bermanfaat dan bila juga dapat menghasilkan, ditambah lagi kamu dapat melakukan yang terbaik, jangan takut dengan sesuatu yang belum kamu pahami. Pelajari sambil berjalan.
  • Everyone makes mistakes. Ketika memulai sesuatu yang baru, orang cenderung takut melakukan kesalahan hingga mungkin saja doing nothing. Jangan khawatir dengan apa yang dipikirkan orang lain.


~When you are living your story, it means your actions and your mission are the same, which eliminates any room for shame or dissapointment, the two emotions that underlie our greatest fears. That's when you have nothing to lose.



PH 09.02.19

*) Face Your Fears adalah salah satu insight yang saya dapatkan saat membaca buku Start Something Matters (Blake Mycoskie). Teman-teman bisa membaca tulisan saya tentang insight menarik lainnya dari buku ini, disini:
- Find Your Story
- Keep it Simple
-  Be Resourceful without Resources


book that have inspired me

Find Your Story

07.04
Semakin mudahnya informasi di akses di era teknologi saat ini, dan semakin banyaknya tersedia brand serta produk-produk yang memudahkan aktivitas kita, telah mendorong berubah dan bergesernya cara perusahaan saat ini dalam memperkenalkan produk dan brand nya pada konsumen. Tidak lagi mengandalkan pada ad campaign yang straightforward, tetapi melalui kekuatan storytelling. 

~A story evokes emotion, and emotion forges a connection


Di era saat ini, konsumen memilih-membeli-menggunakan suatu brand karena ia merasa connected dan terhubung dengan brand tersebut, yaitu melalui story yang dibangun oleh brand dan  resonate kepada semakin banyak orang. 





Namun story tersebut harus autentik dan tidak dibuat-buat. Kualitas dan manfaat produk sudah pasti penting, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa story memiliki kekuatan yang dapat menggerakkan konsumen potensial maupun komunitas untuk terkoneksi dengan brand dan menjadi bagian dari  story tersebut. Bahkan tak hanya itu, the power of story juga mampu menghubungkan brand dengan potential partners yang ingin terhubung dengan sesuatu yang lebih dalam daripada buying & selling, yakni sesuatu yang memiliki meaning dan bukan sekedar business success, melainkan kontribusi sosial yang berdampak bagi lingkungan. Seperti halnya brand sepatu TOMS yang dibangun dari the story of giving. 

Engaging & Meaningful story dari TOMS Shoes ini dengan sendirinya menunjukkan brand identity dari produk tersebut. Begitu banyaknya pilihan brand sepatu bagi konsumen, tapi TOMS Shoes memiliki 'tempat di benak' konsumennya. Selain karena kualitas dan desain produknya yang menarik, story of giving dari brand TOMS yakni "with every pair you purchase, TOMS will give a pair of new shoes to a child in need" . Ini menjadi kekuatan bagi brand sepatu TOMS di tengah kompetisi dengan brand lainnya. Mengapa? karena konsumen dan komunitas dapat merasakan menjadi bagian dari suatu upaya sosial membantu anak-anak (yang membutuhkan sepatu di pelosok area) melalui setiap sepatu yang dibeli oleh konsumen. Sehingga konsumen tidak hanya sekedar membeli dan menggunakan produk, tetapi juga turut terlibat untuk sesuatu yang berdampak in a meaningful way. 


Find your Story
Saya mendapatkan insight menarik dari buku "Start Something that Matters" (Blake Mycoskie) mengenai bagaimana to find your own story. 
Hampir kita semua memiliki passion terhadap sesuatu, tapi terkadang kita sulit mengatakan atau mengungkapkannya. Terkadang kita lose touch dengan true passions kita, mungkin karena kita terdistraksi dengan rutinitas sehari-hari atau karena hampir jarang orang menanyakan tentang impian yang kita miliki. Itu sebabnya, sangat penting untuk pertama-tama kita dapat menemukan cara mengartikulasikan passion, khususnya pada diri kita sendiri dulu. Ketika kita menemukan what my passion is >>> we will have found our story as well.  

~ But once you figure out what your passion is, you have the core of your story and the beginning of your project

 
Saat kita menemukan apa passion kita, begin your project --apakah itu memulai start up bisnis, organisasi philanthropic maupun kegiatan sosial ataupun mencari pekerjaan yang terhubung dengan passion tersebut. Hal yang tidak kalah penting adalah commit to telling that story at every opportunity. Selain story tersebut resonating dan spreading, kita juga dapat menemukan cara untuk menyempurnakan story tersebut saat membagikannya dengan orang lain. 

~Make sure your story is crafted to appeal to the people you really want to become your supporters and that it draws from your core strength


Orang-orang yang membagikan dan menceritakan the story of giving dari brand sepatu TOMS ini, tidak hanya dilihat sebagai konsumen oleh Blake Mycoskie (founder TOMS) tetapi juga supporters. Gaining supporters starts with having a story worth supporting. Sebab konsumen dan employee bisa datang dan pergi, tetapi supporters dapat bersama  kita dalam jangka panjang. 

==

Ada salah satu contoh brand story yang juga insightful yang saya pelajari selain dari buku ini, yakni brand story dari GoPro. Pendorong keberhasilan GoPro adalah community dan sharing. Dimulai dari ide untuk membantu atlet mendokumentasikan diri mereka sendiri, GoPro telah menjadi standar untuk meng-capture diri sendiri dengan cara yang menarik, dimanapun kapanpun. Story yang diangkat GoPro berawal dari surat yang ditulis oleh pendiri GoPro, Nicholas Woodman, di situs GoPro. Pesan yang disampaikan adalah bahwa GoPro membantu orang menangkap pengalaman paling bermakna dalam hidup mereka, dan membantu orang membagi pengalaman serta merayakannya bersama. Pesan ini menjadi story yang kemudian beresonansi.

GoPro memiliki video story-nya, yang bisa kamu lihat disini

==

So, find your story & begin your project. Share it and carefully manage the story!





~If you organize your life around your passion, you can turn your passion into your story and then turn your story into something bigger -- something that matters.

  



PH 07.02.19


*) Find Your Story adalah salah satu insight yang saya dapatkan saat membaca buku Start Something Matters (Blake Mycoskie). Teman-teman bisa membaca tulisan saya tentang insight menarik lainnya dari buku ini, disini:
- Face your Fears
- Keep it Simple

-  Be Resourceful without Resources


 
book that have inspired me

Keep It Simple

23.35
Salah satu prinsip yang penting, baik dalam memulai project/ usaha/start up bisnis  maupun bila kamu sudah menjalaninya, ataupun kamu sedang berpikir untuk switching to a new career adalah Think Simple. Seringkali kita "dihujani" dengan banyak ide dan rencana, lalu kesulitan memilah dan mengatur waktu untuk mengerjakannya. 



  • Simplicity is simple

Buku "Start Something that Matters" (Blake Mycoskie) memberikan insight tentang bagaimana ia memulai dan mempertahankan prinsip Simplicity pada brand sepatu yang dibangunnya yakni TOMS. Bila kamu membaca tulisan saya sebelumnya: be resourceful without resources, brand sepatu TOMS ini terbukti menunjukkan pentingnya simplicity pada model bisnisnya: "with every pair you purchase, TOMS will give a pair of new shoes to a child in need. One for One".  
Misi dan pesan yang di-deliver ini, merupakan pesan sederhana yang dapat dipahami dan diteruskan oleh siapapun, yakni bahwa brand ini akan berbagi sepasang sepatu untuk anak-anak yang membutuhkan, yang berasal dari setiap penjualan sepatu merek TOMS ini. Kunci dari pertumbuhan brand sepatu TOMS adalah komitmennya untuk giving (berbagi). Dan ini menginspirasi customer dan employees dari brand TOMS, menarik perhatian media dan juga partner yang juga punya kerinduan untuk berbagi dan give back.

~You don't have to wait to start a business to enjoy simplicity. i've found that simplicity in life can be as important as it is in business 

 (Blake Mycoskie)


Learn from: SendABall.com

Mari kita lihat bagaimana brand sukses lainnya juga menerapkan prinsip keep it simple ini. Pernah mengunjungi web SENDaBALL.com? ada cerita menarik di balik keberhasilan bisnis tersebut. Michele Kapustka, founder SendABall, memiliki hobi yang berhubungan dengan surat-menyurat sejak ia kecil. Ia senang mengirimkan kartu ucapan dan surat ke teman atau saudaranya. Lalu ia bekerja sebagai creative director pada direct-mail company selama 17 tahun. Ia melihat interest nya dalam menulis surat dan ucapan kian berkembang menjadi passion nya pada sesuatu yang berhubungan dengan mailing objects. Yang menarik, ia berkreasi dengan setiap objek yang ia kirimkan ke teman dan saudaranya, tidak selalu menulis di atas kertas ucapan, hingga ia mencoba menuliskan ucapan yang dikirimkannya melalui sebuah bola (balls). Ini menjadi hobi nya yang fun dan disukai oleh teman-teman dan saudara yang menerima kiriman greeting balls-nya, dibandingkan greeting cards yang sebelumnya sering ia lakukan. 




www.SendABall.com

Michele Kapustka melihat ada peluang bisnis dari hobi nya ini. Khususnya ketika beberapa rekannya memperhatikan hobinya yang menarik dan membeli greeting balls darinya untuk juga dikirim sebagai special gift kepada teman-teman lainnya. Michelle membangun  www.SendABall.com. Kini, send a ball yang berawal dari hobi telah menjadi bisnis yang dimulai Michele Kapustka dari langkah-langkah kecil. SendABall menerima banyak pesanan all over the world untuk pengiriman greeting balls yang dapat ditulis secara custom sesuai keinginan customer. Bisnis SendABall ini tetap mempertahankan prinsip pure and simple nya. Tidak sulit bagi konsumen untuk memesan dan mengirimkan special gift yang unik, yang dibutuhkan adalah sesederhana tulisan tangan yang kita tuliskan di atas bola yang dipesan dan sense of humor untuk membuatnya semakin menarik dan berkesan. 
  
  • Learn from iPod
image by: fortune.com
Simplicity juga berlaku dalam desain produk. Coba kita lihat produk dan brand sukses di sekeliling kita, sebagian besar memiliki konsep design yang amat sederhana. Salah satu contoh yang sering kita temui adalah produk Apple, khususnya iPod. Saat awal diperkenalkan sebagai small music player, iPod secara original desainnya tidak lebih dari sebuah tombol, satu lingkaran dan screen (layar). iPod memiliki sesuatu yang tidak dimiliki kompetitornya yaitu: simplicity of design dan ease of use. Prinsip simplicity ini diaplikasikan pula pada produk-produk apple lainnya seperti iPad, Iphone dst. 


~ Simple ideas are also easily adaptable to changing times - and sometimes they never have to be adapted at all 




==

Newer
Stories
Older
Stories

Singer-Songwriter


Indonesian singer-songwriter, Public relations, Musicpreneur.
Debut Album "Bountiful Eyes" (Itunes, Spotify, Physical CD).
-- pennyhutabarat.official@gmail.com
http://pennyhutabarat.com
--


Blog ini berbagi tentang music, life & muses, work, travel dan books.
"Whatever your Dream is, Make It Happen!"

Top Article

Waktu = Nilai Hidup, Kesempatan dan Catatan Perjalanan

W aktu adalah tentang nilai hidup.  Tentu kita mengetahui betapa pentingnya waktu, namun seringkali kita mengabaikan dan melupakannya. Ada...

Blog Archive

  • ►  2021 (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2019 (8)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ▼  Februari (3)
      • Face Your Fears
      • Find Your Story
      • Keep It Simple
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (37)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (22)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (27)
    • ►  Desember (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2010 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (7)

trazy

trazy.com

Labels

  • Vocademia UI
  • bountiful eyes
  • buku
  • dreams
  • festival menyanyi
  • focus
  • impian
  • independent musician
  • kolaborasi
  • make it happen
  • menulis
  • mini album
  • musik
  • passion
  • perjalanan
  • seoul
  • simplicity

Instagram

Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top