• Home
  • Music
  • Work & Values
  • MarComm & Branding
  • Travel
  • Books

Blog Penny Hutabarat

buku

Learn From Mistakes

22.09
Siaran YOT (Young On Top) Live oleh Billy Boen di KisFM rabu lalu...mengangkat topik ”Learn From Mistakes”. Hadir sebagai narasumber adalah Mr. Prayugo Gunawan – Board Of Director (Sales and Marketing) Pocari dan Soyjoy. Salah satu merek makanan dan minuman yang cukup dikenal masyarakat Indonesia. 

Di awal acara, Billy membacakan sekilas bio Mr. Prayugo atau yang disapa Yugo. Dalam karirnya, beliau pernah menjadi Production Supervisor, Assistant Marketing Manager hingga saat ini berkarir sebagai Board Of Director (Sales & Marketing) Pocari & Soyjoy.

Now, tentang sharing Mr. Prayugo mengenai Learn From Mistakes :
*Kesalahan...IT’S NOT THE END OF THE WORLD!
Orang sering beranggapan bahwa mistakes adalah sesuatu yang menakutkan. Padahal itu adalah kesempatan dan waktu untuk kita belajar dan bertumbuh. 



Kalau kita tidak pernah salah berarti kita tidak bisa merasakan nikmat dari keberhasilan.



*Apa yang membuatnya bisa berhasil sampai seperti ‘sekarang ini’?


Mr. Yugo berbagi mengenai awal perjalanan karirnya. Ia besar di Surabaya, kemudian setelah selesai studi ia mendapat tawaran kerja dari temannya di pabrik di wilayah Bekasi. Saat itu, ia penuh semangat dari Surabaya ke Bekasi. Tapi ketika sampai disana, ternyata gaji yang ditawarkan sangat kecil. Bahkan orang tuanya melarang untuk bekerja disana karena dengan jumlah gaji yang ditawarkan tersebut, orangtuanya pun masih sanggup memberikan setiap bulan. Walau demikian, ia tetap punya prinsip untuk maju meskipun gaji kecil. “Saya pengen nge-test saya tahan sengsara sampe seberapa”Mr. Yugo said.
Saat bergabung di perusahaan di Bekasi itu, ia bertemu dengan orang-orang baru...dan ternyata dikerjain oleh senior di kantor karena karyawan yg posisinya ia gantikan merasa tidak rela. Saat bekerja, pertama yang ia dekati informal leader – ngopi bareng, main ke rumah pimpinan dst. Setelah itu ia punya tekad yang lebih untuk menguasai bidang pekerjaan. Pelajari tetrapack, bisa masuk ke bagian food di pabrik tempatnya bekerja. 

Mungkin orang pada umumnya akan berpikir “Why you taking that job anyway”? Gaji kecil dst. But now, Mr. Prayugo sudah menjadi seorang Director For Line Manager Pocari.

“Semakin sering kamu terjatuh..semakin sering kamu menemukan sesuatu yang berharga”.




*Bisa mencapai keberhasilan sampai sekarang ini pastilah pernah melakukan kesalahan. Kesalahan apa yang Mr. Prayugo tidak bisa lupakan dan terus diingat sampai sekarang?

Prayugo menceritakan mengenai masa kecilnya. Waktu kelas 4 SD, saat ayahnya mau berangkat dari rumah untuk pergi, Yugo bertanya “Mau kemana Papi” And papi bertanya balik,”Kamu ada PR? Udah dikerjain belum...?” Yugo berbohong dan mengatakan tidak ada PR, tapi ternyata ketahuan juga oleh ayahnya. Dan yang menarik yang tidak bisa dilupakan oleh Yugo adalah ketika ayahnya menunda untuk berangkat pergi dan duduk bersama-sama menunggu Yugo mengerjakan PR nya sampai selesai.
Dari pengalaman sederhana itu, Yugo belajar untuk “Jangan sekali-sekali berbohong”. Itu menjadi pelajaran moral yang tidak bisa ia lupakan.

Hal yang terpenting menurut Mr. Prayugo adalah mengetahui resiko terbesar yg kita lakukan dari pilihan yang kita ambil. Kalau begitu, lalu kenapa kita harus takut mengakui kesalahan? Apakah alasannya karena kita takut menanggung resiko? atau karena kita tidak mengukur resiko terbesar yg diterima itu akan seperti apa?



*Belajar untuk Tidak Mengulangi Kesalahan yang Sama 2x

Orang yang benar-benar serius dan mau berkembang, ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama 2 kali. Pada waktu seseorang punya kesalahan...kita harus belajar dan memahami bahwa itu semua pasti pernah terjadi.


Tapi bagaimana cara memperbaiki kesalahan itulah yg penting?!


Billy as a Co-Host juga menyampaikan bahwa “Tidak melakukan apapun juga adalah suatu mistakes. So.. sebaiknya kita pelajari kesalahan kita agar tidak mengulangi kesalahan yg sama 2x”. Ada Saying seperti ini “ Belajarlah dari kesalahan orang lain” --- Jadi kita bisa belajar dari kesalahan diri sendiri dan kesalahan orang lain. Dan alangkah sangat berharga kalau kita bisa belajar dari kesalahan orang lain.
Harus belajar dari orang lain!

Billy menambahkan bahwa dirinya sering mengamati orang-orang yang sukses dan yang belum sukses. Dan bila kita bisa belajar dari kesalahan orang lain, itu sangat berharga buat kita...tidak harus sampai berdarah2 atau terjatuh berkali-kali untuk bekerja keras menuju tujuan. Jadi menuju ke tujuan bisa dengan cara yg lebih cepat dengan belajar dari kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri.

Kita bisa belajar dari orang lain, dari anak buah kita, dari boss kita. Semua masalah dalam hidup adalah proses untuk membuat mental kita menjadi dewasa dan karakter kita berkembang.
Yang kita butuhkan adalah KEPEKAAN. Harus peka terhadap keadaan sekeliling kita. Apakah itu mengetahui info dari News di TV, baca buku, ngobrol dengan teman ataupun melalui Experience yang di share. 

Mr. Prayugo kembali menambahkan bahwa pada waktu kita melihat orang-orang sukses, sebetulnya lihatlah bukan pada waktu dia sukses tapi pada waktu proses atau cara dia menuju sukses yaitu pada saat seseorang mengatasi masalah maupun mengambil pilihan dalam proses itu.
Ada seorang tokoh pembuat besi asal India...dia pernah di Surabaya merintis karirnya. Tapi sekarang sudah menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Dan yang perlu kita lihat adalah bagaimana caranya ia bangkit dari kegagalan.


* Apakah kesalahan yg berulang-ulang itu adalah suatu kebodohan?

Mr. Prayugo share mengenai pengalamannya : Dulu orang pernah bilang...”bikin perusahaan kok cuma ada satu merek dari thn 89. Gimana mau berhasil?!”. Tapi saya tidak menggubris..tetap perusahaan kami fokus hanya pada satu merek..tidak banyak merek.

Bahwa kegagalan itu bukan lawan dari berhasil.--> tapi BELUM berhasil. Hidup itu proses. Tergantung cara pandang. 


Kalau akibat kesalahan kecil kita menghukum diri sendiri itu namanya GAGAL...tapi kalau kita menghadapinya dengan “SAYA BELUM BERHASIL”.....itu lebih baik.

Lihat konteksnya dulu mengenai kesalahan berulang-ulang itu adalah kebodohan atau tidak. Tapi kalau kita punya keyakinan bahwa yg saya lakukan bukan kesalahan, namun hanya belum berhasil saja ..so let’s do it....tetap maju!

Biasanya setelah sekian tahun baru kita menyadari akan pilihan yang dulu pernah kita buat. Mungkin kalau saya dengerin pendapat orang lain “saya salah” mengenai hanya satu merek yang dikembangkan setelah sekian puluh tahun .. tidak mungkin saya bisa sampai di tempat terbaik saat ini.
Tidak ada kata terlambat. Kalau merasa terlambat itu kesalahan. 


*Bagaimana menghadapi rasa takut salah?atau takut dalam mengambil keputusan?

Manusia hidup itu harus mengambil keputusan, tidak bisa dihindari. Selalu pertimbangkan resiko yg kita terima (Ok..misalnya pengen resiko yang paling kecil. Atau misalnya kalau ada resiko paling besar dari keputusan yang kita buat....kita harus tahu resiko itu seperti apa).
Misalnya kita akan kena sanksi, tapi bila keputusan yg kita ambil kita punya alasan yg tepat.,...ngapain kita takut. Karna kalau kita takut ambil keputusan...ya...tidak akan pernah menikmati hidup.

Billy menjelaskan kita harus Calculated risk..... bukan yg gambling. Kita coba hitung resikonya, baik buruknya. 


 Sebab bila kita takut kita tidak akan mengalami sesuatu..kita hanya sampai pada tahap “berandai andai”...dan hanya hidup dalam kehidupan yg bertanya-tanya dan momentum akhirnya berlalu begitu saja. 


PERSIAPAN itu penting! MIND SET itu paling penting. 



*Kenapa harus Learn From Mistakes?

Menyalahkan diri sendiri dan tidak bangkit itu adalah kesalahan terbesar. Berbuat kesalahan memberi kita kesempatan untuk belajar dan berkembang.

*Bagaimana kita tetap bisa menjaga dan me-manage emosi bila tetap disalahkan semua pihak?

Secara psikologis, manusia punya 4 karakter dan reaksi bisa berbeda-beda. Ada karakter Kolerik, Plegmatis, Melankolis, dan Sanguinis. Nah, Koleris dan Sanguinis sangat aktif menghadapi reaksi.
Pada waktu kita melakukan sesuatu kesalahan..itu tidak bisa dipungkiri...orang berbeda-beda. Orang yang koleris dan sanguinis akan terlihat ekspresi dari raut wajahnya.

Mr. Prayugo berbagi : saya melihat orang yg seperti itu dari atasan saya dan setipe seperti saya....pernah saya dikatakan salah di depan orang walaupun saya pimpinan. Untuk itu, ada saatnya menerangkan sesuatu kepada bawahan atau rekan kerja kita. Waktu saya pernah mengalami hal seperti ini, saya datengin face to face...dan saya jelaskan pada karyawan saya apa saja resiko dari alternatif yg dipilih. 


Yang penting bukan seberapa reaktif nya kita...tapi bagaimana kita smart dalam bereaksi akan hal tsb. 



Hal itu terjadi bukan hanya kepada kita. Yang penting mau belajar. Hidup harus membuat keputusan dan berani berbuat kesalahan!
Kalau kita disalahkan orang lain ...kita harus bilang “Thank You”. Ketika kita salah tapi orang lain tidak ada yg berani bilang...nah justru itu...yg salah..kita tak akan pernah belajar dari kesalahan. Dan budaya seperti ini yang ironisnya sering terjadi pada orang Indonesia...yaitu takut atau segan mengatakan kalau sesuatu itu salah..malah didiemin aj. Kultur kita “point fingers”..& menyalahkan orang lain.

Yang perlu dipahami adalah bahwa melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu adalah sama-sama sebuah pilihan dan selalu ada konsekuensi nya. 




Sekarang balik lagi ke kita....mau yang play safe saja atau kita mau coba hal-hal baru dan berusaha memperbaiki tempat kita bekerja. Ini kesempatan untuk melakukan sesuatu!


*Bagaimana bila sering dikhiananti oleh mitra bisnis?

Suatu reaksi untuk tidak mudah percaya lebih dulu sebelum mempelajari dan mengetahui ada prospek bisnis adalah reaksi yang sebaiknya kita miliki.
Kalau kita mau tau hati orang sebenarnya..toh kita tidak pernah tau apa dia punya maksud jahat atau baik. Bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui hati di balik manusia.
Adalah sikap yg baik pada saat kita tidak tau dan berhati-hati pada mitra bisnis yang baru kita kenal. Yang salah adalah pada saat kita terus menerus curiga dan berandai-andai ..sehingga akhirnya orang berpikir “ jangan-jangan.....nanti begini..begitu..jadi membuat orang ragu”.
Ini adalah suatu pembelajaran untuk karakter orang.

*Trauma akan kesalahan. Apa tips untuk menghadapi trauma itu?

Trauma itu kondisi yg berlebihan ...merasa takut disalahkan. Yang menjadi pertanyaan apakah kita bisa hidup di dalam trauma..apakah kita bisa berkembang dan mencapai cita-cita kita apabila trauma?!
Setiap jalan harus ada resiko. Jadi kenapa harus hidup dalam trauma? Karena itu kan berarti kita hidup di masa lalu sedangkan masa lalu itu sudah berlalu...tidak dapat diulang.


TOP WORDS:
Dalam hidup ini, yang terpenting bukan berapa banyak kelebihan yang kita punyai tapi berapa banyak kelemahan yang akan kita ubah. 
Kalau kita bicara kelebihan kita berapa banyak..itu akan sombong. Tapi kalau menyadari kelemahan dan kesalahan...itu akan membuat kita humble. Itu bisa jadi dorongan dan semangat 
Kalau kita takut...maka kita harus belajar untuk mengubah rasa takut!!



Sumber : 
Siaran YOT Live Billy Boen– “Learn From Mistakes” (Belajar dari Kesalahan)
21 Januari 2010
buku

Just Perform

21.40

Topik  "Just Perform" ini adalah salah satu topik yang paling saya sukai dari buku karya Billy Boen "Young On Top". Pada hari Rabu, 13 Januari lalu, saya mendengarkan siaran LIVE Young On Top di KisFM 95.1 dengan Billy Boen-sang penulis sebagai Co-Host siaran ini dan Steven Tjen-Executive Direktur CBRE  sebagai tamu di episode "Just Perform". 

Karena ketertarikan saya pada topik "Just Perform" ini, saya menuliskan sharing LIVE mereka dalam catatan kecil ini :) dan tentu saya juga ingin membaginya ke teman-teman di sekeliling saya, salah satunya ke teman-teman yang mungkin sedang membaca blog ini. Percaya dech...sharing ini bemanfaat untuk motivasi kerja kita :) tidak hanya untuk dibaca dan didengar tentunya..tetapi juga di-realisasi-kan dalam aktivitas pekerjaan sehari-hari. 

So...please enjoy sharing dari YOT Live :

Steven Tjen (Executive Direktur CBRE) berbagi mengenai pengalaman karirnya hingga mencapai sukses seperti sekarang ini. Sekilas tentang karir yang digelutinya saat ini, Steven Tjen memegang peranan penting di CBRE dan bekerja sama dengan para major clients seperti Channel, Dolce &Gabana, Zara, HP dan masih banyak lagi. Ia adalah lulusan Akuntansi dari Universitas Parahyangan (Bandung) yang di awal karirnya ia bergabung dalam properti industri, salah satunya terlibat untuk pembangunan Tanjung Lesung Beach Resort.

Now,  mengenai topik "Just Perform" :
Steven Tjen berbagi mengenai prinsip yang ia miliki dalam bekerja yaitu "kerja tidak pernah perhitungan". He said "Work Hard, Work Smart". 
Memang pada umumnya-dalam pekerjaan sehari-hari, kita seringkali mengeluh atau nge-"dumel" bila atasan meminta kita untuk mengerjakan sesuatu yang di luar job-desc kita. Padahal ini adalah opportunity untuk kita mengembangkan karir di kantor. Dengan mengerjakan sesuatu di luar job-desc departemen kita....tentu kita bisa belajar sesuatu yang baru. Lihat sisi positif  dari bekerja ....udah belajar gratis..dapet gaji lagi :D

*Kerja jangan perhitungan
Dalam menjalankan tugas sehari-hari di kantor, sudah seharusnya kita menjalankan kewajiban sebagai anggota perusahaan..baru kemudian menuntut hak. Pada waktunya, perusahaan akan memperhatikan kenaikan gaji dan promosi jabatan. 

*Bagaimana agar IKHLAS dalam menjalankan pekerjaan yang sebenarnya di luar job desc atau di luar tugas departemen kita?
Yang perlu dipahami adalah bekerja bukan cuma dihitung dengan uang. Ada benefit lain yaitu network dan knowledge. It’s not only about money!

Billy Boen mempertegas bahwa Bersyukur (Grateful) ..itu salah satu langkah yang dapat membuat kita ikhlas menjalankannya. Bersyukur karena kita sudah punya pekerjaan, itu first point. Lalu kedua adalah keinginan untuk selalu belajar. Dengan keinginan untuk terus belajar, maka dengan sendirinya kita termotivasi.....it’s not only about the money!
Ketiga, punya pandangan bahwa segala sesuatu ada imbalan (langsung atau tidak langsung). Sehingga kita pun akan lebih enteng dalam menghadapi tugas dan tanggung jawab...dan tidak menjadikan pekerjaan sebagai beban!

*Bagaimana bila kita rajin menjalankan tugas pekerjaan yang diinstruksikan bos. Tapi kemudian lama-lama jadinya seperti “dimanfaatkan” oleh bos atau dengan kata lain saya kerja terus...boss gak kerja-kerja? Mungkin akan jadi demotivated khan?
Ketika diberikan banyak tugas, bahkan di luar job desc..kita harus berterima kasih. Why? Karena kita mendapatkan benefit. Kalau kita bisa melakukannya dengan baik..itu merupakan suatu prestasi. Secara profesional kita melakukan pekerjaan dengan tekun....bahkan menjalankan pekerjaan yang harusnya menjadi porsi bos justru benefit untuk kita sebagai bawahan belajar banyak dan menguasai pekerjaan bos. Pada waktunya pemilik atau big boss pun  akan mengetahui kinerja kita. Bukan tidak mungkin, bila bos kita pindah atau tidak di tempat itu lagi, kita bisa dipercayakan menggantikan posisinya...karena big boss berpikir...siapa lagi yang tau dan mampu mengenai pekerjaan ini bila bukan anda misalnya yang adalah bawahan dan punya kompetensi untuk menjalankan tanggung jawab tsb.

Atau misalnya kita mendapat lowongan kerja di tempat lain....mungkin kita tidak akan kaget dengan kerjaan yang diberikan karena sebelumnya sudah pernah menangani pekerjaan seperti itu (karena sering dan rajin mengerjakan pekerjaan yg dikasih boss).

Jadi..jangan demotivated! Justru harus motivated. Bagaimana rasanya bila sebaliknya....aktivitas dimatikan...we are not doing anything..lebih tidak enak lagi bukan?! Kalau perlu be pro-active ke boss...”kerjaan apa lagi boss...ayo sini saya kerjakan”hehehe.

Pandanglah setiap pekerjaan yang diberikan sebagai suatu opportunities. Kita bisa menerima reward itu sekarang atau suatu hari nanti. ~ YOT

   


*Bagaimana bila overloaded dalam pekerjaan?
Pandanglah 'Overloaded' dalam pekerjaan sebagai  kesempatan untuk belajar! Selain itu kita khan juga harus punya kemampuan untuk mendelegasikan pekerjaan. “Team Work” itu yang penting.
Kesuksesan dapat diraih dengan Team Work. Belajar memahami pekerjaan yang Urgent dan Important.  Tentukan skala prioritas dalam pekerjaan kita. Bila kita melihat pekerjaan “terlalu berat”, itu perasaan kita saja. Jangan cepat menyalahkan perusahaan dan jangan berasumsi kita melakukan semuanya.
So...belajar untuk Beyond Your Job Desc....One Day The Reward Will Come...

*Bagaimana bila kita merasa sudah melakukan pekerjaan semaksimal mungkin tapi perusahaan seolah tidak memperhatikan kinerja kita?
Stop menilai diri sendiri! Terbuka dengan orang lain. Lihat diri kita juga dari pandangan orang lain, apakah kita benar-benar sudah memberikan yang terbaik?!
Billy menambahkan mengenai pertanyaan ini, bahwa kita juga perlu bertanya pada atasan kita “Apa yang Anda/ perusahaan harapkan?”.

Misalnya kita sudah mencapai point 8, lalu kita merasa..saya sudah melakukan yang terbaik lho..tapi mungkin saja bagi atasan kita..ukuran terbaiknya adalah mencapai point 9,5. Ini berarti saya dan atasan berbeda visi mengenai ukuran terbaik tersebut.

Jadi berdiskusi dan temuilah atasan Anda. Tanyakan apa yang ia harapkan dan apa target yang ingin dicapai dengan demikian akan ada penyamaan visi. Sehingga apa yang dicapai sesuai dengan ekspektasi dan visi perusahaan.

Sumber : Siaran YOT Live- Billy Boen. "Just Perform" - 15 Januari 2010
Newer
Stories
Older
Stories

Singer-Songwriter


Indonesian singer-songwriter, Public relations, Musicpreneur.
Debut Album "Bountiful Eyes" (Itunes, Spotify, Physical CD).
-- pennyhutabarat.official@gmail.com
http://pennyhutabarat.com
--


Blog ini berbagi tentang music, life & muses, work, travel dan books.
"Whatever your Dream is, Make It Happen!"

Top Article

Waktu = Nilai Hidup, Kesempatan dan Catatan Perjalanan

W aktu adalah tentang nilai hidup.  Tentu kita mengetahui betapa pentingnya waktu, namun seringkali kita mengabaikan dan melupakannya. Ada...

Blog Archive

  • ►  2021 (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (8)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (37)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (22)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (27)
    • ►  Desember (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2010 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ▼  Januari (2)
      • Learn From Mistakes
      • Just Perform
  • ►  2009 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (7)

trazy

trazy.com

Labels

  • Vocademia UI
  • bountiful eyes
  • buku
  • dreams
  • festival menyanyi
  • focus
  • impian
  • independent musician
  • kolaborasi
  • make it happen
  • menulis
  • mini album
  • musik
  • passion
  • perjalanan
  • seoul
  • simplicity

Instagram

Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top