Begitupula karunia yang kita miliki dari Tuhan. Karunia ini perlu ”diletakkan” di tempat yang tepat agar terangkai menjadi utuh dan sempurna. Namun untuk menempatkan karunia itu di tempat yang benar dan tepat, hanya Tuhan...The creator of this world... yang maha tahu. He will bring us to the right place in the right time. Hingga puzzle-puzzle jalan hidup kita yang kini masih belum nampak jelas akan menjadi sempurna dan lengkap pada waktuNya.
Kata-kata ini agak menggelitik.......karena sejak kapan ada orang yang mengajarkan untuk belajar berbuat sedikit atau mengingatkan agar ”Do Less”?.
Tentu yang sering kita dengar..”Do the best” dan itu berarti perlu berbuat banyak agar hasilnya adalah yang terbaik.
Tentu yang sering kita dengar..”Do the best” dan itu berarti perlu berbuat banyak agar hasilnya adalah yang terbaik.
Tapi kalimat ”Learn To Do Less In Life” ini ada dalam lajur yang benar bila dilengkapi menjadi : Learn to do less in life by focussing on what matter most.
Yup..., bagi saya ini adalah pilihan kalimat yang tepat. Sebagai manusia, seringkali kita melakukan banyak hal hingga lupa akan hal-hal terpenting dan terutama yang seharusnya kita lakukan dalam hari-hari kita.
Bila kita menempatkan sekian banyak rencana dan harapan dalam skala 1 (teratas) keinginan kita, pastilah kita akan kewalahan bahkan mungkin pasti merasa kecewa karena sejumlah keinginan dan pekerjaan itu tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.
Dan ”prioritas” adalah kata kunci nya. Learn to do less in life by focussing on what matter most. Agar apa yang kita perbuat dan kerjakan juga dapat menjadi bermakna bagi orang di sekeliling. Dan akan lebih baik untuk kita berfokus dalam prioritas dibandingkan menjadi sibuk dengan berbagai banyak lalu kehilangan fokus.
Sebagai ilustrasi, bila kita menggenggam batu-batu kerikil di kedua tangan ini.
Tak kan mampu kedua tangan dan jemari kita menggenggam begitu banyak batu kerikil. Bila begitu banyaknya yang ingin kita genggam, kemungkinan yang akan terjadi adalah sebagian akan jatuh atau mungkin melukai jari-jemari.
Kita perlu simpan atau lepaskan beberapa batu kerikil itu dan menggenggam sejumlah batu yang mampu dan sanggup untuk digenggam tangan kita. Dengan batu-batu kerikil yang jumlahnya cukup untuk digenggam dan mampu dibawa, kita akan merasa lebih ringan dan tak terbeban.
Tak kan mampu kedua tangan dan jemari kita menggenggam begitu banyak batu kerikil. Bila begitu banyaknya yang ingin kita genggam, kemungkinan yang akan terjadi adalah sebagian akan jatuh atau mungkin melukai jari-jemari.
Kita perlu simpan atau lepaskan beberapa batu kerikil itu dan menggenggam sejumlah batu yang mampu dan sanggup untuk digenggam tangan kita. Dengan batu-batu kerikil yang jumlahnya cukup untuk digenggam dan mampu dibawa, kita akan merasa lebih ringan dan tak terbeban.
Begitupula halnya dengan tugas, pekerjaan, keinginan yang ingin kita ”bawa” dan realisasikan. Perlu fokus dan prioritas agar tidak membebani kita. ~ PH
I’m a day dreamer...ya...sepertinya itu istilah yang tepat untuk menggambarkan diriku yang suka bermimpi, mengkhayal dan membayangkan sesuatu yang besar. Pemimpi itu adalah anugerah. Tuhan memberikan kepekaan dan rasa bagi kita untuk mengecap keindahan dan memimpikan yang terbaik dalam hidup ini.
"Aku mulai belajar bahwa setiap hal yang aku kerjakan sehari-hari adalah mimpi-mimpi yang pernah kubangun dan terus terangkaikan. Tuhan yang merancang dan menyempurnakan segala mimpi itu" ~PH.
Waktu kecil, aku suka sekali bernyanyi di atas kursi seolah-olah membayangkan diriku sedang bernyanyi di tempat yang tinggi. Usia 5 tahun, aku senang menggenggam raket saat difoto dengan posisi seolah-olah raket itu adalah gitar yang sedang kumainkan. Usia 9 tahun, aku membawa piala pertama yang aku raih dan meletakkannya persis disebelah tempat tidurku agar dapat kupandangi saat tidur. Kelas VI SD, aku mendapat beasiswa karena berhasil menjadi Bintang Pelajar di sekolah dan sejak itu aku semakin rajin belajar seolah aku akan menjadi bintang pelajar lagi.
Usia 14 tahun aku mengikuti suatu Festival bernyanyi yang diikuti oleh orang-orang besar yang usianya jauh di atasku. Aku membayangkan mungkinkah dapat menjadi pemenang di antara orang-orang yang pengalaman dan kemampuannya jauh melebihi aku. Ternyata aku berhasil meraih juara 1 dan saat itu kemenangan itu diliput di beberapa koran. Aku merasa senang dan bersyukur akan mimpi-mimpi yang terangkaikan.
Saat flashback ke masa kecil atau waktu lalu, aku menyadari bahwa Tuhan telah ”meletakkan” mimpi-mimpi dalam perjalanan hari-hari kita . Beberapa bagian dari mimpi itu kini terangkai dan menjadi ”sesuatu” yang kita rasakan, miliki dan terima saat ini. Sehingga membuat mata hati kita terbuka dan bersyukur bahwa berkat Tuhan sungguh luar biasa.
Namun ada sebagian mimpi lagi yang mungkin belum terangkai sempurna seperti yang kita dambakan. Sebagian mimpi yang belum terangkaikan, seperti puzzle yang berserakan..yang mungkin memang ”diciptakan” seperti itu agar ada ruang bagi kita untuk menanti dalam kesabaran, berusaha dalam kesungguhan dan berharap dalam doa.
Konser Musik Mahasiswa Indonesia (KMMI)...
Ini adalah konser pertama yang pernah ku ikuti. Ini pertama kalinya aku melihat orkestra secara langsung. Konser ini istimewa bagiku karena konser ini melibatkan banyak peserta yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa se-Indonesia (dari Sabang sampai Merauke). Di konser perdana pada tahun 2005, aku ambil bagian sebagai anggota paduan suara seperti halnya teman-teman dari universitas lainnya. Kami menyanyikan lagu-lagu daerah dan perjuangan yang diiringi oleh full orchestra dengan aransemen indah dari mas Oni ”Sa’unine” Krisnerwinto.
Ini adalah konser pertama yang pernah ku ikuti. Ini pertama kalinya aku melihat orkestra secara langsung. Konser ini istimewa bagiku karena konser ini melibatkan banyak peserta yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa se-Indonesia (dari Sabang sampai Merauke). Di konser perdana pada tahun 2005, aku ambil bagian sebagai anggota paduan suara seperti halnya teman-teman dari universitas lainnya. Kami menyanyikan lagu-lagu daerah dan perjuangan yang diiringi oleh full orchestra dengan aransemen indah dari mas Oni ”Sa’unine” Krisnerwinto.
Aku begitu menikmati setiap latihan yang dilakukan selama seminggu dengan arahan para instruktur vokal. Aku jadi belajar banyak hal, mengenai teknik bernyanyi, membaca partitur dsb. Saat berlatih bersama dengan orkestra, jujur aku tidak fokus dengan lagu paduan suara yang ku nyanyikan dengan teman-teman. Aku justru mengkhayal membayangkan seandainya aku bernyanyi solo diiringi orkestra...ingin sekali merasakannya.
Ketika konser itu berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, aku berdiri bersama paduan suara....suasananya benar-benar berbeda..lampu dimatikan, hanya lampu sorot terang dari arah depan yang menyinari. Konser dimulai...alunan biola membuka konser malam itu, kemudian diikuti dentingan musik orkestra lainnya. Mas Oni Krisnerwinto, sang Conductor dengan penuh penghayatan mengayunkan tangannya memberi aba-aba pada kami.
Sungguh..saat bernyanyi..aku menikmati setiap detik di atas panggung itu. Dan satu hal, pikirku melayang membayangkan pabila aku berdiri di atas panggung itu bernyanyi solo dengan iringan orkestra. Aku bertanya-tanya dalam hati, kapan hal itu terjadi. Usai konser, kukatakan pada sahabatku Sinta yang duduk di sebelahku ....”Sin, suatu hari..aku bermimpi bisa nyanyi solo diiringi orkestra, bisa gak ya?!”. Aku ingat saat itu Sinta mmenjawab ”Iya..pasti bisa Pen, nanti kalau suatu hari kamu nyanyi dengan orkestra harus kasihtau dan ajak gw ya biar nonton lo nyanyi ya”. Aku mengiyakan dengan yakin.
Dua tahun kemudian...mimpi itu jadi kenyataan. Konser Musik Mahasiswa Indonesia untuk kedua kalinya diadakan pada tahun 2007. Aku terlibat lagi namun dengan peserta yang berbeda dari konser pertama. Seminggu latihan aku terus mengikuti karena kebetulan aku merangkap menjadi koordinator event, selain juga ikut paduan suara. Dua hari sebelum konser berlangsung, Ketua panitia menyampaikan padaku bahwa aku diminta untuk bernyanyi solo.
Aku kaget sekaligus senang. Aku mencoba berkonsultasi dengan mas Oni Krisnerwinto sebagai Conductor agar aku bisa menyatu dengan orkestra dalam membawakan lagu. Ternyata dia orang yang rendah hati dan menyenangkan untuk bekerja sama. Aku berlatih dengan orkestra...dalam hati..ku berkata..ini yang kuimpikan dua tahun lalu.
Penny Hutabarat &Orchestra 'Oni Krisnerwinto', Gedung Kesenian Jakarta |
Konser Musik Mahasiswa 2007 pun berlangsung, aku bernyanyi solo setelah pembacaan puisi. Ku dengar dengan seksama puisi itu di belakang panggung, ku baru pahami makna puisi itu begitu selaras dengan lirik lagu yang kubawakan. Aku pun mencoba menyatukan energi dari puisi itu dengan energi ku. Sesaat kemudian, aku berjalan ke tengah panggung...menggunakan koreografi yang telah diajarkan padaku sebelumnya. Dan aku sungguh menjiwai setiap kata lagu yang keluar dari suaraku.
Suasana di gedung konser itu begitu dingin, tak terlihat penonton di hadapanku karena lampu dimatikan sehingga hanya lampu panggung dan lampu sorot yang memancarkan cahaya. Ku nikmati tiap naik turun nada dan suara-suara musik yang tercipta dalam paduan yang indah. Ku nyanyikan lagu itu, sambil tersenyum dalam hati...ini yang kuimpikan dua tahun lalu, Tuhan mendengar harapan hatiku dan telah mengabulkannya..wish accomplished...!
Dan yang menarik, di konser itu..sahabatku Sinta yang pernah meyakinkan aku dua tahun lalu bahwa aku bisa bernyayi dengan orkestra, ia hadir dalam konser itu dan menyaksikan penampilanku. Beberapa hari setelah konser itu, aku masih saja berdecak kagum bahkan hingga saat ini. Aku percaya ini semua bukan kebetulan melainkan berkat TuHAN. Aku kagum membayangkan moment itu dan terutama kagum karna karyaNya nyata dalam hidupku.
Pagi ini, kepala terasa mumet :(..mata ngantuk beratt dan perasaan gelisah selama perjalanan menuju kantor. Tidak tau apa penyebabnya, tapi kurasa karena load pekerjaan yang sedang banyaknya dan ada beberapa hal lainnya yang juga perlu dikerjakan di saat bersamaan.
Seringkali memang rutinitas di kantor dan deadline pekerjaan membuat tidak sedikit orang merasa lelah, kepala terasa berat, badan pegal-pegal dan stresss hehe.
Pasti kita semua pernah merasakan hal itu....
Photo taken by Penny |
Mungkin saatnya untuk kita "berhenti sejenak", mengalihkan pandangan dari komputer yang hampir setiap jam jadi objek kerja mata kita, menghentikan sejenak pikiran tentang plan A..plan B pekerjaan. Duduk, menikmati secangkir kopi, dan membaca buku-buku ringan mungkin dapat jadi 'tempat perhentian sejenak'.
Atau mendengarkan alunan musik, mengambil gitar dan memainkan beberapa lagu sebentar..sepertinya dapat menjadi 'penyegaran' untuk pikiran yang tegang.
"Berhentilah sejenak" untuk me-recharge diri dengan energi yang baru.
"Berhentilah sejenak" untuk mengembalikan keceriaan di wajah yang terlihat lelah, dan kecerahan di pikiran yang penuh sesak...
Saya jadi teringat, saat pertama kali saya memasuki dunia baru yaitu dunia kampus dan perkuliahan pada tahun 2002. Di awal masa orientasi, seluruh mahasiswa di UI wajib untuk mengikuti latihan Paduan Suara Mahasiswa Baru yang dipimpin oleh Pak Dibyo di Balairung.
Saat berlatih Paduan suara mahasiswa baru itu, saya tidak pernah benar-benar serius berlatih.
Saya hanya termenung, melamun.....membayangkan bisa bernyanyi di Gedung Balairung yang begitu besar itu. Mungkin luasnya hampir setengah dari stadion gelora Bung Karno...entah berapa besar luasnya..yang pasti itu tempat yang besar bagi saya saat membayangkan bisa bernyanyi di tengah-tengah panggung di tempat itu.
Balairung UI |
(yang saya pernah saksikan di televisi).
Tiba-tiba saja di tengah lamunan itu, saya mendengar sang Conductor, Pa Dibyo berbicara di Microfon nya dengan suara lantang dan menanyakan "adakah diantara mahasiswa baru disini yang seorang penyanyi atau senang bernyanyi".
And guest what......I'm confidently raise my hand!!
Tanpa pikir panjang saya langsung mengacungkan tangan dari tempat duduk barisan saya yang letaknya agak cukup jauh dengan panggung tengah tempat Pa Dibyo memimpin jalannya latihan ini.
And then...saya pun maju ke depan...dan saya ingat sekali saat itu ada satu orang yang juga berani mengacungkan tangannya diantara 5000 mahasiswa baru lainnya.
So...mendadak di tempat kami cari lagu untuk dinyanyikan bersama, sesuai permintaan dari Pa Dibyo. Lagu yang kami nyanyikan saat itu adalah "The Greatest Love Of All".
Dan ternyata sambutan dari teman-teman mahasiswa baru lainnya saat itu cukup meriah saat melihat kami menyanyi.
Keesokan harinya di masa-masa Latihan Paduan Suara Mahasiswa Baru masih berlangsung, saya bernyanyi dengan percaya dirinya di sela-sela jam istirahat. Saya membawakan lagu "Endless Love". Tidak terlintas maksud apa-apa saat itu, yang saya tau hanyalah SAYA INGIN BERNYANYI.
Esok harinya, Pa Dibyo, sang Conductor Balairung :)....berbicara dengan suaranya yang lantang dan khas di microfon "siapa mahasiswa baru yang kemarin menyanyikan Endless Love"?
Dan lagi-lagi, I'm Confidently raise my hand hehehe.....
Saya pun maju ke depan. Dan ternyata beliau meminta saya untuk bernyanyi Solo di Hari-H Upacara Wisuda UI berlangsung dengan membawakan lagu Restumu Kunantikan.
Ouw...ouw...saya tidak pernah dengar lagu itu dan saya sebagai mahasiswa baru belum bisa membayangkan seperti apa suasana bernyanyi di Upacara Wisuda UI.
So...saya berlatih kurang lebih 3 hari di rumah dengan keyakinan pasti bahwa saya bisa membawakannya.
And hari-H tiba. Saya baru melihat ternyata begitu banyak orang yang hadir di Upacara Wisuda itu. 5000 mahasiswa baru di Balkon atas, lebih dari 3000 wisudawan di area bawah. Belum lagi orangtua wisudawan yang tersebar di sayap kiri, kanan, dan belakang gedung. Ditambah para Guru Besar yang duduk di hadapan Panggung tempat saya berada. Para guru besar itu mengenakan toga dan sepertinya mereka "unreachable"...karena berpakaian megah dan duduk di podium besar di hadapan saya hehe.
Mungkin hampir 10.000 orang hadir dan berkumpul dalam upacara wisuda itu.
Yang saya lakukan sebelum bernyanyi hanya berdoa dan meyakinkan diri ...terutama menenangkan diri. Saya melihat sekeliling saya dan berusaha merasakan setiap detik moment ini.
Tibalah waktunya, nama saya dipanggil dan bersiap naik ke atas panggung. Dengan mengenakan Jaket kuning dan Peci almamater sebagai simbol saya mahasiswa baru, saya pun naik ke atas panggung dengan yakin....lagu itu pun mengalir dan saya sungguh menikmati moment itu.
Saya menikmati moment saat di atas panggung memandangi banyaknya orang di sebelah kanan, kiri saya dan bernyanyi untuk mereka. Saya menikmati setiap tepukan tangan mereka dan senyuman di wajah mereka.
And I realized...angan-angan yang pernah saya bayangkan saat termenung di Latihan Paduan Suara ternyata menjadi kenyataan. Saya bernyanyi solo di tengah-tengah di hadapan sekian puluh mata. Terimakasih Tuhan.
Dan kini saya sudah melalui hampir lebih dari 30 kali bernyanyi solo di Upacara Wisuda UI di Balairung (baik itu wisuda S1, S2, S3 maupun D3) dan saya selalu menikmati moment-moment berdiri di atas panggung itu, bernyanyi dan menyampaikan pesan indah lewat lagu yang saya lantunkan. Terimakasih Tuhan.
Semoga lagu-lagu yang pernah saya lantunkan di panggung ini, bisa menjadi pesan yang indah untuk mereka yang mendengarkan!
Setiap orang punya moment "kemilau" nya masing-masing. Dimanapun, kapanpun dan saat dengan siapapun. Namun ada waktu dimana moment "kemilau" itu seolah tidak menghampiri kita seperti sedia kala, ada saat dimana moment "kemilau" rasanya hanya di angan-angan dan belum juga tercapai oleh kita.
But one thing for sure, YOUR MOMENT WILL COME.....
All we need is :
1. Setia dan tekun menggunakan bahkan melatih talenta kita. We never know when will our sparkling moment will come. Hingga saat kesempatan itu datang, kita telah siap dan peka untuk segera "melayangkan" pesona talenta kita di saat yang tepat.
2. Keep praying. Tuhan selalu bekerja dalam segala hal. Bahkan ketika kita berbicara dan berangan-angan dalam hati, saya yakin pasti Tuhan mendengar bisikan hati kita.
3. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Banyak waktu kita yang sering kali tersita untuk membandingkan diri dengan orang lain, seperti "dia lebih baik dari saya" atau "bagaimana caranya saya bisa seperti dia"dst.
Mungkin di saat kita melihat dan membandingkan diri dengan orang lain, di saat itu pula moment "kemilau" sedang datang menghampiri. Namun terhempas hilang dan terlewatkan karena kita terlalu sibuk memikirkan apa yang dimiliki orang lain dan mengapa mereka bisa berhasil .
We might miss our Sparkling moment just because we are too busy
to looking at what the others have.
4. Belajar memahami bahwa ada saat dimana "kemilau" kita sedang tidak bersinar.
Ini berarti belajar untuk tidak menjadi egois. Memahami bahwa ada saat dimana "kemilau" orang lain sedang "menguasai/ memenuhi" suatu bagian di tengah luasnya dunia ini. Mungkin di saat itu "kemilau" kita sedang tidak bersinar dan tersembunyi. Bila waktu seperti ini datang, tetaplah tersenyum....rendah hati....dan berbahagia untuk moment "kemilau" yang dimiliki orang lain.