• Home
  • Music
  • Work & Values
  • MarComm & Branding
  • Travel
  • Books

Blog Penny Hutabarat

2019: Energi dalam Membaca 60 buku dan Membagikannya lewat Aplikasi

23.50
Hari ini, 30 Desember 2019, hampir menuju penghujung terakhir di tahun ini. Sepertinya sudah beberapa bulan saya tidak menulis aktif di blog karena beberapa kegiatan lainnya yang memerlukan energi dan perhatian :). Tulisan yang saya posting di beberapa waktu lalu mengangkat tentang insight menarik yang saya peroleh dari sejumlah buku. Di tahun 2019 ini, saya bersyukur karena salah satu resolusi 'rutin' saya di setiap tahun akhirnya bisa juga terwujud..haha..yaitu membaca lebih banyak buku. 

Di setiap akhir tahun, rasanya saya tak pernah lupa memasukkan point agar setiap tahun yang baru, semakin disiplin dan tekun membaca buku. Di tahun-tahun sebelumnya, buku yang saya habis baca mungkin sekitar 5 - 10 buku per tahunnya. Sebab bacaan juga kadang beralih ke jurnal-jurnal. Namun istimewanya, khususnya bagi saya pribadi, tahun ini saya menghabiskan 60 buku. Iya serius 60 buku :) Dan itu selama sekitar 8 bulan. Hehe mungkin kalau saya melakukannya untuk mewujudkan resolusi belum tentu kelar 60 buku ya. Di tahun 2019 ini saya mendapatkan kesempatan memproduksi konten untuk suatu aplikasi buku rangkuman best seller. Aplikasi ini dikembangkan oleh anak bangsa, namanya pimtar (dot)id. 




Kebetulan saya punya koleksi buku yang cukup banyak terkumpul..karena sejak kecil saya suka membaca. Dan di masa kuliah, apalagi masa sudah kerja, buku adalah salah satu investasi yang menurut saya juga penting. Ratusan buku ini belum semuanya habis saya baca. Tapi saat melihat kembali rak buku di minggu lalu, saya mendapati bahwa sebagian besar ternyata koleksi  buku-buku itu sudah terbaca. Perlahan saya belajar untuk membaca cepat, namun juga tetap 'menandai' hal dan nilai penting dari suatu bacaan. 

Konten yang saya produksi untuk aplikasi buku tersebut adalah dari koleksi buku-buku saya, yang sebagian besar genre nya non-fiksi dengan topik seputar entrepreneurship (kewirausahaan), personal development (pengembangan diri), komunikasi dan pemasaran (public relations, marketing, branding), manajemen, leadership (kepemimpinan) dan kreativitas. 

Senang sekali bila energi yang kita tuangkan, juga bisa berdampak dan bermanfaat untuk orang lain. Energi membaca 60 buku tersebut, di tengah aktivitas pekerjaan lain tentunya, semoga bisa bermanfaat untuk mereka yang gemar membaca namun belum memiliki banyak waktu luang. Bukan promosi, hehe..tapi kamu bisa baca rangkuman buku-buku tersebut di pimtar. id. Dan jangan lupa membagikannya pada orang lain juga agar menuai manfaat. 

Terbersit dalam pikiran saya, di tahun 2020, mudah-mudahan bisa membuat channel Podcast untuk berbagi insight buku. Semoga! 

Gaining knowledge is the first step to wisdom.

Sharing it, is the first step to humanity





2019: God's Grace is Enough

23.50
Menuangkan energi untuk membaca sejumlah buku dan membagikannya lewat aplikasi agar dapat bermanfaat untuk banyak orang, merupakan salah satu yang saya syukuri di tahun 2019 ini. Namun lebih dari itu, banyak karunia dan rahmat Tuhan yang sangat saya syukuri. Hingga di penghujung tahun ini, kata-kata yang dapat merangkum rasa syukur saya akan tahun ini adalah: God's Grace is Enough. 

Tak selalu mulus, tahun ini juga penuh tantangan. Saya dan keluarga sangat bersyukur karena tahun ini atas perkenanan Tuhan, proses pernikahan pesta adat dan resepsi abang saya dapat berjalan dengan lancar dalam tuntunan Tuhan. Sejak bulan Februari 2019 kami sudah memulai persiapan-persiapan, namun semakin intens di bulan Juni hingga hari H di 30 November 2019. Saya bersyukur karena di tengah pekerjaan, Tuhan masih mengaruniakan saya energi, semangat dan kekuatan untuk terlibat penuh dan membantu persiapan pernikahan abang. Tuhan juga selalu punya cara yang tak terduga dan luar biasa dalam mengaruniakan pertolonganNya, melalui teman-teman, saudara, keluarga dan orang-orang di sekeliling kami yang dengan tulus menaruh perhatian, perkataan dan dukungan yang baik.





Lika-liku tentu ada, tapi semua itu terlewati dengan pertolongan Tuhan. Dalam setiap perjalanan yang kita lewati, tentu kita harus 'bertumbuh' dan belajar sesuatu. Agar membuat diri kita semakin 'berbuah' dan menjadi berkat, seperti yang Tuhan kehendaki. Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari mempersiapkan dan terlibat penuh dalam pelaksanaan pernikahan abang saya. Khususnya pesta adat batak yang cukup menguras energi dan menghadapi karakter-karakter orang batak yang cukup beragam hehe. Tapi justru dari situ saya belajar, salah satu kunci dalam merespon sesuatu adalah diam dan mengalah. Tidak semua hal harus kita respon. Dan mempersiapkan hati, itu penting. Pernah mendengarkan :


"Peliharalah hatimu, karena dari situlah terpancar kehidupan"

"Above all else, guard your heart, for everything you do flows from it" (Proverbs 4: 23)

Melihat orang-orang yang kita sayangi berbahagia, itu rasanya cukup. Kasih karunia Tuhan itu cukup. Ia yang memberi kelimpahan seturut kehendakNya. 

Bersyukur pula untuk kesehatan, pekerjaan, kedamaian hati di sepanjang tahun ini. Dan juga untuk orang-orang yang Tuhan hadirkan & pertemukan di sepanjang tahun ini, apakah itu mereka yang sudah saya kenal lama maupun yang baru saya kenal.  Tidak ada yang kebetulan. Semua karena kasih karuniaNya. 

Dan tidak lupa bersyukur untuk setiap tantangan dan pergumulan di tahun 2019 ini. Karena kekuatan yang kita miliki hingga dapat tetap berdiri tegak, semua hanyalah karena kasih karunia Tuhan. Karena kedamaian yang kita rasakan meski perjalanan tak selalu mulus, hanya Dia..Allah yang Maha Baik yang meletakkan kedamaian yang sejati di hati kita. Banyaklah yang telah Engkau perbuat ya Tuhan..God's Grace is Enough. 

Selamat menyambut karunia Tuhan di tahun yang baru: 2020! 
#twentytwenty

Many, Lord my God, are the wonders You have done, the things You planned for us. None can compare with You; were I to speak and tell of Your deeds, they would be too many to declare (Psalm 40:5)

book that have inspired me

Show Your Work

22.34
Kreativitas tidak selalu tentang sesuatu yang besar dan spektakuler. Kreativitas dapat diwujudkan setiap hari, bahkan dalam hal-hal sederhana. Bicara tentang kreatif, tak selalu genius. Ada istilah menarik yang cukup tepat yakni "Scenius", yaitu orang-orang yang tidak merasa dirinya jenius. Dengan kata lain, menjadi scenius bukan berarti tentang seberapa pintar atau bertalentanya kita, tetapi scenius berbicara tentang apa yang dapat kita kontribusikan.

"creativity is always, in some sense, a collaboration: the result of a mind connected to other minds" (Austin Kleon)




Ide yang kita bagikan, kualitas dari hubungan dan koneksi yang kita bangun, percakapan yang kita mulai >> ini merupakan hal sehari-hari yang kita kontribusikan. Kita dapat berhenti bertanya apa yang orang lain dapat lakukan pada kita, dan mulai bertanya pada diri sendiri "what we can do to others". Apalagi di era teknologi dan internet saat ini yang memberikan pintu kesempatan untuk berkolaborasi secara positif. Dimana setiap orang dapat memberikan suatu kontribusi, tak peduli apakah kita expert atau amatir, master atau apprentice. 

"contributing something is better than contributing nothing"


Lewat tulisan ini, saya ingin berbagi insight menarik yang saya dapatkan dari buku "Show Your Work" (Austin Kleon). Buku ini mengingatkan kita untuk think about what we want to learn and make a commitment to learning it in front of others.
 Mengapa? karena kita perlu membagikan apa yang menjadi interest dan yang kita sukai untuk kerjakan. Banyak orang terbiasa hanya melihat hasil kerja (outcome of work). Mereka tidak melihat sisi pekerjaan yang harus dilalui untuk sampai kepada hasil (the side of the work you go through to produce the outcome). 
Secara tradisional, kita diajarkan untuk menganggap proses kreatif sebagai sesuatu yang harus disimpan untuk diri sendiri, dan menunggu sampai punya produk luar biasa baru ditampilkan dan baru mencoba untuk terhubung dengan orang lain. 

Padahal dengan membagikan proses, kita membuka possibility untuk orang lain memiliki koneksi berkelanjutan dengan pekerjaan kita. Jadi, apa yang perlu kita lakukan? Sharing on day-to-day process (secara konsisten). Agar hubungan, koneksi dan kolaborasi dapat terjadi, kita harus allow ourselves to be seen, tentunya dalam cara yang positif. Put yourself , and your work , out there everyday and you'll start meeting some amazing people. Sekali sehari, temukan bagian kecil dari proses yang dapat kamu bagikan. Jangan katakan tidak ada waktu :) sediakan waktu sejenak untuk berbagi. 


Bila kamu belum siap untuk berbagi karyamu dengan orang lain, kamu bisa berbagi inspirasi yang kamu dapatkan dari pekerjaan/ karya orang lain. Misalnya: apa yang kamu baca, music yang kamu dengarkan, film yang kamu lihat, sosok yang melakukan pekerjaan yang kamu kagumi, Your influences are all worth sharing because they clue people in to who you are and what you do.

"share what you love, and the people who love the same things will find you".



Share hal yang menginspirasimu, karyamu dan yang menjadi interest & passion mu. Jangan menunggu sampai sempurna, share imperfect & unfinished work that you want feedback on. 
Namun jangan share absolutely everything. Sebab terletak perbedaan besar antara sharing dan over-sharing. Dan kamu pasti mampu membedakannya. 

Yuk perhatikan 'So what?" Test! ini untuk membantumu melihat apakah sesuatu yang akan kamu share itu bermanfaat dan menarik? Bila Ya, share it! Bila tidak, toss it! Bila kamu ragu dan tak tau, save it for later!





Ini adalah 10 ways to share your creativity and get discovered! yang dibagikan oleh Austin Kleon dalam bukunya. 
Ketika kamu sudah siap untuk berbagi karya dan pekerjaanmu untuk bermanfaat bagi orang lain, Tell good stories! cerita dan kisah original yang kamu bagikan, akan berdampak besar on how people feel, what they understand about your work, & how they value it.
Storytelling adalah keterampilan yang takes a lifetime to master, butuh kemauan untuk terus belajar. 

Pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, apabila tidak dibagikan akan hilang dan hanya berhenti bagi diri kita. Ketika kita mempelejari sesuatu, teach it to others. Misalnya bagikan daftar bacaan, bahan referensi yang bermanfaat, buat tutorial dan seterusnya. Make people better at something they want to be better at (Kathy Sierra).


Siap untuk membagikan karya kita pada orang lain, berarti kita juga siap untuk dikritik. Cara untuk dapat menerima kritikan atau pukulan adalah dengan berlatih sering dikritik atau "dipukul". 



"The way to be able to take a punch is to practice getting hit a lot. Put out a lot of work. Let people take their best shot at it. Then make even more work and keep putting it out there. The more criticism you take, the more you realize it can’t hurt you."


Kehidupan kreativitas adalah tentang perubahan: bergerak maju, mengambil peluang, mengeksplorasi sesuatu yang baru. Think Bigger. Don’t hobble yourself in the name of “keeping it real,” or “not selling out.” Try new things. Bila ada kesempatan yang memungkinkan kita untuk melakukan lebih banyak pekerjaan yang ingin kita lakukan, katakan Ya. Bila ada kesempatan yang berarti lebih banyak uang, tetapi lebih sedikit dari jenis pekerjaan yang ingin kita lakukan, katakan Tidak. 


Setiap karier dan karya tentu ada pasang  surut. Yang terpenting, don't quit prematurely. The people who get what they're after are very often the ones who just stick around long enough. 























































































































































































































































































































 

book that have inspired me

Start Something That Matters

01.48
Ini adalah salah satu buku yang menginspirasi saya:; "'Start Something That Matters". Buku ini berbagi tentang  perjalanan Blake Mycoskie, seorang entrepreneur - pendiri brand sepatu TOM- yang melihat sisi bisnis dari nilai-nilai social yang berdampak. Buku ini mengajak kita untuk start something that matters, bukan melulu tentang diri kita tetapi apa yang bermanfaat dan bernilai pula bagi orang di sekeliling kita. 


Saya menuliskan highlight dari buku Start Something That Matters  dalam tulisan di blog ini. Ada 6 principles yang saya dapatkan dan bagikan: 
(1)  Find Your Story
(2)  Face Your Fears
(3) Be Resourceful without Resources
(4) Keep it Simple
(5) Build Trust
(6) Giving
(klik pada point di atas, untuk menuju highlight dari buku inspiratif ini).











book that have inspired me

Face Your Fears

05.21
Ketakutan (fears) pasti ada, dan itu terjadi pada setiap kita. Termasuk juga untuk mereka yang sedang memulai passionate project, menjalani start up dan usaha bisnisnya atau yang sedang menghadapi tantangan baru dalam pekerjaannya. Mengingat perasaan takut itu hampir pasti muncul di hari-hari yang kita jalani, satu-satunya cara adalah belajar menghadapinya. Learn to face it!





Tidak jarang, rasa takut juga dapat membantu kita dalam menyikapi situasi yang urgent. Ini yang namanya "fight-or-flight" response, yang mendorong seseorang untuk taking action. Di sisi lain, banyak juga dari kita yang menghadapi rasa takut dengan berhenti bertindak (stop acting), mungkin karena merasa kewalahan dan overwhelmed, mundur lalu menyerah, atau menggunakan rasa takut sebagai alasan untuk not to start something that matters. 

Untuk itu, kita perlu mengingatkan diri sendiri bahwa setiap orang face the fear. Termasuk orang-orang yang kita pandang berhasil dan sukses, mereka juga bertempur dengan kesulitan. Penting untuk kita mengelola bagaimana menghadapi rasa takut itu, create a plan to overcome the fears. 

Apa yang membedakan ultimate successes dengan ultimate failures? yang membedakannya adalah Fokus kita. 


~The more we focus on our fear, the more it grows and distorts our behavior. 


Untuk itu, daripada memilih fokus pada ketakutan tersebut, yang tentu tidak selalu dapat dikontrol, lebih baik untuk kita berfokus pada apa yang mampu kita kontrol yakni our actions. Bagaimana kita bereaksi terhadap negative feelings akan menjadi kunci keberhasilan kita.

Blake Mycoskie, dalam bukunya "Start Something That Matters" berbagi bagaimana ia menghadapi rasa takut dan fight off fear. Membaca buku-buku biografi, berdiskusi dengan orang-orang yang sukses di bidangnya, mendengarkan presentasi atau paparan dari leaders, akan membuat kita "melihat" dan mendengar tentang bagaimana mereka pernah melakukan kesalahan, menghadapi rasa takut & kegagalan. Lalu "memanfaatkan" moment tersebut sebagai titik tolak yang dapat menjadi berkat terbesar yang membawa pada kemenangan dan keberhasilan, termasuk dalam face the fears. Ini adalah pelajaran sepanjang hayat yang perlu terus kita pelajari dan hadapi.



Dalam memulai dan menjalani project TOMS Shoes-nya, Blake Mycoskie memanfaatkan beberapa cara efektif untuk live with the fear until he can overcome it:

  •  Remembered to live your story.   Kembali pada core question: "Why am I doing this"? Ketika kita kembali pada motivasi utama kita yang terdalam, kita kembali menegaskan authenticity dari apa yang kita jalani dan kerjakan.

  • Surround yourself with enthusiastic people & inspirational quotations. Pengalaman Blake dalam mendirikan brand TOM Shoes (seperti yang dibagikan dalam buku "Start Something that Matters), ia dikelilingi oleh internship teams yang punya antusiasme, rasa percaya diri dan membantunya merasa penuh energi untuk mewujudkan gagasan bersama timnya. Kebiasaannya memasang powerful words di ruang kerjanya juga membantunya face the fears. 
  • One small step on a long journey.  Ada baiknya kita tidak melihat langkah ke depan atau next step sebagai resiko yang luar biasa. Starting small. Pernah mendengar Japanese Concept yang dikenal dengan "Kaizen"? Kaizen berarti melakukan improvements kecil dan sedikit demi sedikit setiap hari, yang pada waktunya akan membawa pada massive improvement secara keseluruhan. Starting small, misalnya kamu telah memiliki pekerjaan rutin tetap, namun kamu punya passion di bidang lainnya. Contoh: kamu seorang guru di sekolah, tapi punya passion di bidang tulis-menulis. Kamu tidak perlu meninggalkan pekerjaan tetapmu. Bisa mulai melakukan passion mu sebagai part-time dulu. Lalu bila di kemudian hari, kamu menemukan bahwa passion dan keahlian dari side project tersebut juga bisa berdampak dan bermanfaat untuk dirimu tidak hanya dari sisi finansial tapi juga punya "meaning" untukmu dan orang-orang disekitar, mengapa tidak untuk take the next step menjadikan keahlian dan passionate project mu sebagai pekerjaan dan bisnis yang bermanfaat. 
  •  Conditions are never perfect. Salah satu letak ketakutan kita yaitu takut bila waktu kita memulai project atau bisnis tersebut adalah wrong time dan merasa harus menunggu sampai "the time is right". Masalahnya: the timing is never right!  Keadaan tidak pernah sempurna seperti yang diinginkan. Jadi bila kamu menunggu timing to be right untuk melakukan sesuatu, kamu tidak akan pernah make a move at all.  
  • Don't fear the unknown. Orang cenderung berpikir bahwa mereka dapat start something hanya bila mereka totally & completely memiliki pengetahuan tentang bidang yang akan dimasuki atau digeluti. Sedangkan hal itu kemungkinan will never happen. Jangan menunggu untuk knowing everything. Bila kamu memiliki good idea, energi yang positif, bermanfaat dan bila juga dapat menghasilkan, ditambah lagi kamu dapat melakukan yang terbaik, jangan takut dengan sesuatu yang belum kamu pahami. Pelajari sambil berjalan.
  • Everyone makes mistakes. Ketika memulai sesuatu yang baru, orang cenderung takut melakukan kesalahan hingga mungkin saja doing nothing. Jangan khawatir dengan apa yang dipikirkan orang lain.


~When you are living your story, it means your actions and your mission are the same, which eliminates any room for shame or dissapointment, the two emotions that underlie our greatest fears. That's when you have nothing to lose.



PH 09.02.19

*) Face Your Fears adalah salah satu insight yang saya dapatkan saat membaca buku Start Something Matters (Blake Mycoskie). Teman-teman bisa membaca tulisan saya tentang insight menarik lainnya dari buku ini, disini:
- Find Your Story
- Keep it Simple
-  Be Resourceful without Resources


book that have inspired me

Find Your Story

07.04
Semakin mudahnya informasi di akses di era teknologi saat ini, dan semakin banyaknya tersedia brand serta produk-produk yang memudahkan aktivitas kita, telah mendorong berubah dan bergesernya cara perusahaan saat ini dalam memperkenalkan produk dan brand nya pada konsumen. Tidak lagi mengandalkan pada ad campaign yang straightforward, tetapi melalui kekuatan storytelling. 

~A story evokes emotion, and emotion forges a connection


Di era saat ini, konsumen memilih-membeli-menggunakan suatu brand karena ia merasa connected dan terhubung dengan brand tersebut, yaitu melalui story yang dibangun oleh brand dan  resonate kepada semakin banyak orang. 





Namun story tersebut harus autentik dan tidak dibuat-buat. Kualitas dan manfaat produk sudah pasti penting, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa story memiliki kekuatan yang dapat menggerakkan konsumen potensial maupun komunitas untuk terkoneksi dengan brand dan menjadi bagian dari  story tersebut. Bahkan tak hanya itu, the power of story juga mampu menghubungkan brand dengan potential partners yang ingin terhubung dengan sesuatu yang lebih dalam daripada buying & selling, yakni sesuatu yang memiliki meaning dan bukan sekedar business success, melainkan kontribusi sosial yang berdampak bagi lingkungan. Seperti halnya brand sepatu TOMS yang dibangun dari the story of giving. 

Engaging & Meaningful story dari TOMS Shoes ini dengan sendirinya menunjukkan brand identity dari produk tersebut. Begitu banyaknya pilihan brand sepatu bagi konsumen, tapi TOMS Shoes memiliki 'tempat di benak' konsumennya. Selain karena kualitas dan desain produknya yang menarik, story of giving dari brand TOMS yakni "with every pair you purchase, TOMS will give a pair of new shoes to a child in need" . Ini menjadi kekuatan bagi brand sepatu TOMS di tengah kompetisi dengan brand lainnya. Mengapa? karena konsumen dan komunitas dapat merasakan menjadi bagian dari suatu upaya sosial membantu anak-anak (yang membutuhkan sepatu di pelosok area) melalui setiap sepatu yang dibeli oleh konsumen. Sehingga konsumen tidak hanya sekedar membeli dan menggunakan produk, tetapi juga turut terlibat untuk sesuatu yang berdampak in a meaningful way. 


Find your Story
Saya mendapatkan insight menarik dari buku "Start Something that Matters" (Blake Mycoskie) mengenai bagaimana to find your own story. 
Hampir kita semua memiliki passion terhadap sesuatu, tapi terkadang kita sulit mengatakan atau mengungkapkannya. Terkadang kita lose touch dengan true passions kita, mungkin karena kita terdistraksi dengan rutinitas sehari-hari atau karena hampir jarang orang menanyakan tentang impian yang kita miliki. Itu sebabnya, sangat penting untuk pertama-tama kita dapat menemukan cara mengartikulasikan passion, khususnya pada diri kita sendiri dulu. Ketika kita menemukan what my passion is >>> we will have found our story as well.  

~ But once you figure out what your passion is, you have the core of your story and the beginning of your project

 
Saat kita menemukan apa passion kita, begin your project --apakah itu memulai start up bisnis, organisasi philanthropic maupun kegiatan sosial ataupun mencari pekerjaan yang terhubung dengan passion tersebut. Hal yang tidak kalah penting adalah commit to telling that story at every opportunity. Selain story tersebut resonating dan spreading, kita juga dapat menemukan cara untuk menyempurnakan story tersebut saat membagikannya dengan orang lain. 

~Make sure your story is crafted to appeal to the people you really want to become your supporters and that it draws from your core strength


Orang-orang yang membagikan dan menceritakan the story of giving dari brand sepatu TOMS ini, tidak hanya dilihat sebagai konsumen oleh Blake Mycoskie (founder TOMS) tetapi juga supporters. Gaining supporters starts with having a story worth supporting. Sebab konsumen dan employee bisa datang dan pergi, tetapi supporters dapat bersama  kita dalam jangka panjang. 

==

Ada salah satu contoh brand story yang juga insightful yang saya pelajari selain dari buku ini, yakni brand story dari GoPro. Pendorong keberhasilan GoPro adalah community dan sharing. Dimulai dari ide untuk membantu atlet mendokumentasikan diri mereka sendiri, GoPro telah menjadi standar untuk meng-capture diri sendiri dengan cara yang menarik, dimanapun kapanpun. Story yang diangkat GoPro berawal dari surat yang ditulis oleh pendiri GoPro, Nicholas Woodman, di situs GoPro. Pesan yang disampaikan adalah bahwa GoPro membantu orang menangkap pengalaman paling bermakna dalam hidup mereka, dan membantu orang membagi pengalaman serta merayakannya bersama. Pesan ini menjadi story yang kemudian beresonansi.

GoPro memiliki video story-nya, yang bisa kamu lihat disini

==

So, find your story & begin your project. Share it and carefully manage the story!





~If you organize your life around your passion, you can turn your passion into your story and then turn your story into something bigger -- something that matters.

  



PH 07.02.19


*) Find Your Story adalah salah satu insight yang saya dapatkan saat membaca buku Start Something Matters (Blake Mycoskie). Teman-teman bisa membaca tulisan saya tentang insight menarik lainnya dari buku ini, disini:
- Face your Fears
- Keep it Simple

-  Be Resourceful without Resources


 
book that have inspired me

Keep It Simple

23.35
Salah satu prinsip yang penting, baik dalam memulai project/ usaha/start up bisnis  maupun bila kamu sudah menjalaninya, ataupun kamu sedang berpikir untuk switching to a new career adalah Think Simple. Seringkali kita "dihujani" dengan banyak ide dan rencana, lalu kesulitan memilah dan mengatur waktu untuk mengerjakannya. 



  • Simplicity is simple

Buku "Start Something that Matters" (Blake Mycoskie) memberikan insight tentang bagaimana ia memulai dan mempertahankan prinsip Simplicity pada brand sepatu yang dibangunnya yakni TOMS. Bila kamu membaca tulisan saya sebelumnya: be resourceful without resources, brand sepatu TOMS ini terbukti menunjukkan pentingnya simplicity pada model bisnisnya: "with every pair you purchase, TOMS will give a pair of new shoes to a child in need. One for One".  
Misi dan pesan yang di-deliver ini, merupakan pesan sederhana yang dapat dipahami dan diteruskan oleh siapapun, yakni bahwa brand ini akan berbagi sepasang sepatu untuk anak-anak yang membutuhkan, yang berasal dari setiap penjualan sepatu merek TOMS ini. Kunci dari pertumbuhan brand sepatu TOMS adalah komitmennya untuk giving (berbagi). Dan ini menginspirasi customer dan employees dari brand TOMS, menarik perhatian media dan juga partner yang juga punya kerinduan untuk berbagi dan give back.

~You don't have to wait to start a business to enjoy simplicity. i've found that simplicity in life can be as important as it is in business 

 (Blake Mycoskie)


Learn from: SendABall.com

Mari kita lihat bagaimana brand sukses lainnya juga menerapkan prinsip keep it simple ini. Pernah mengunjungi web SENDaBALL.com? ada cerita menarik di balik keberhasilan bisnis tersebut. Michele Kapustka, founder SendABall, memiliki hobi yang berhubungan dengan surat-menyurat sejak ia kecil. Ia senang mengirimkan kartu ucapan dan surat ke teman atau saudaranya. Lalu ia bekerja sebagai creative director pada direct-mail company selama 17 tahun. Ia melihat interest nya dalam menulis surat dan ucapan kian berkembang menjadi passion nya pada sesuatu yang berhubungan dengan mailing objects. Yang menarik, ia berkreasi dengan setiap objek yang ia kirimkan ke teman dan saudaranya, tidak selalu menulis di atas kertas ucapan, hingga ia mencoba menuliskan ucapan yang dikirimkannya melalui sebuah bola (balls). Ini menjadi hobi nya yang fun dan disukai oleh teman-teman dan saudara yang menerima kiriman greeting balls-nya, dibandingkan greeting cards yang sebelumnya sering ia lakukan. 




www.SendABall.com

Michele Kapustka melihat ada peluang bisnis dari hobi nya ini. Khususnya ketika beberapa rekannya memperhatikan hobinya yang menarik dan membeli greeting balls darinya untuk juga dikirim sebagai special gift kepada teman-teman lainnya. Michelle membangun  www.SendABall.com. Kini, send a ball yang berawal dari hobi telah menjadi bisnis yang dimulai Michele Kapustka dari langkah-langkah kecil. SendABall menerima banyak pesanan all over the world untuk pengiriman greeting balls yang dapat ditulis secara custom sesuai keinginan customer. Bisnis SendABall ini tetap mempertahankan prinsip pure and simple nya. Tidak sulit bagi konsumen untuk memesan dan mengirimkan special gift yang unik, yang dibutuhkan adalah sesederhana tulisan tangan yang kita tuliskan di atas bola yang dipesan dan sense of humor untuk membuatnya semakin menarik dan berkesan. 
  
  • Learn from iPod
image by: fortune.com
Simplicity juga berlaku dalam desain produk. Coba kita lihat produk dan brand sukses di sekeliling kita, sebagian besar memiliki konsep design yang amat sederhana. Salah satu contoh yang sering kita temui adalah produk Apple, khususnya iPod. Saat awal diperkenalkan sebagai small music player, iPod secara original desainnya tidak lebih dari sebuah tombol, satu lingkaran dan screen (layar). iPod memiliki sesuatu yang tidak dimiliki kompetitornya yaitu: simplicity of design dan ease of use. Prinsip simplicity ini diaplikasikan pula pada produk-produk apple lainnya seperti iPad, Iphone dst. 


~ Simple ideas are also easily adaptable to changing times - and sometimes they never have to be adapted at all 




==

book that have inspired me

Be Resourceful Without Resources

01.36
Minim atau kurangnya sumber daya (resources) bukanlah alasan untuk menunda memulai sesuatu. Kita bisa belajar hal ini dari perusahaan/ brand atau start up yang berhasil, dan mereka memulainya dengan sumber daya yang terbatas. Jeff Bezos (Amazon.com), Steve Jobs (Apple), Mark Zukerberg (Facebook) adalah beberapa dari sekian entrepreneur yang memulai bisnisnya dengan resources yang terbatas. Mereka memulainya dari garasi, gudang dan kamar sebagai kantor tempat mereka membangun brand besar yang kini kita kenal. Mereka memulainya dengan tim dan staf yang terbatas, bahkan dana terbatas. Keunggulan mereka terletak pada keyakinan besar akan sumber daya (resources) yang mereka miliki, meski itu terbatas. 

~ Almost all of the successful brands, began with few resources 

Kisah keberhasilan Amazon.com, Facebook, Apple, mungkin sudah sering kita dengar. Namun, ada sesuatu yang inspiratif dan berbeda dari perjalanan entrepreneurial sebuah brand sepatu bernama TOMS, yang pernah dibagikan oleh Blake Mycoskie, founder TOMS, lewat bukunya "Start Something That Matters". Salah satu insight menarik yang akan menjadi highlight dalam tulisan kali ini adalah tentang work value nya: Be resourceful without resources!




Dari sekian usaha yang dirintis Blake Mycoskie, brand TOMS adalah satu-satunya yang paling berhasil. TOMS bukan sekedar brand sepatu seperti kebanyakan, ia punya kekuatan storytelling yang autentik dan tak sekedar mendulang profit dari sisi bisnis tapi sejak awal TOMS merupakan brand yang menunjukkan kepedulian sosialnya secara langsung di setiap penjualan produknya. 

image from: http://yanieyanson.com
Brand ini berhasil membangun sesuatu yang unique & difference, tapi juga relevan. Blake Mycoskie terinspirasi untuk memproduksi sepatu bermodel alpargata (casual canvas shoes) yang ia lihat banyak digunakan oleh orang-orang Argentina, saat ia liburan dan berkunjung ke Argentina. Hampir semua orang di kota, di desa bahkan di restoran-restoran Argentina menggunakan sepatu jenis canvas yang jarang ditemukannya di Amerika. Tapi penggerak terbesarnya untuk memulai usaha sepatu adalah ketika melihat kelompok relawan yang mengumpulkan donasi untuk kebutuhan sepatu anak-anak. Banyak anak-anak di desa-desa di Argentina yang "telanjang kaki"....tidak memiliki sepatu...dan ini berdampak pada masalah kesehatan. Ia melihat secara langsung bagaimana anak-anak tidak mengenakan alas kaki dan mudah mengalami infeksi karena tidak dapat melindungi kaki mereka. 

image from: http://toms.com
Ide awalnya adalah memulai shoe-based charity yakni amal untuk kebutuhan sepatu. Blake melihat apabila hal ini hanyalah sebuah gerakan amal, mungkin tidak akan bertahan lama dan tidak akan berdampak long-term. Sehingga muncul solusi dengan menciptakan for-profit business yang dapat membantu menyediakan kebutuhan sepatu untuk anak-anak. Sehingga tidak hanya bergantung pada donasi yang mungkin datang, tetapi membuat solusi agar ada constant flow of shoes untuk anak-anak yang membutuhkan. Dengan kata lain, solusinya adalah entrepreneurship. Konsep sederhana yang dibuatnya adalah sell a pair of shoes today, give a pair of shoes tomorrow. Setiap sepasang sepatu yang terjual, berarti akan ada sepasang sepatu untuk dibagikan pada anak-anak yang membutuhkan. Target awal dari donasi sepatu yang dilakukannya adalah untuk anak-anak di desa yang bertelanjang kaki di Argentina. Selanjutnya meluas hingga pelosok-pelosok di negara lainnya. Bisnis yang dibangunnya tak sekedar mengejar profit, tapi ia menyadari harus ada nilai bermakna yang dapat ia lakukan bagi sekelilingnya. Dan hal itu dimulainya dengan giving shoes dari setiap penjualan sepatu TOMS. Sederhana tapi bermakna. 

TOM menjadi nama dari brand sepatu besar yang kini banyak dikenal orang-orang di dunia. Dimulai dengan prinsip berbagi "TOMorrow's Shoes", brand ini  memberikan promise: "a better tomorrow!". Yang menarik adalah Blake, pendiri TOM Shoes, sama sekali tidak punya pengalaman pada bisnis sepatu sebelumnya, tidak punya koneksi pada bisnis ini. Ia memulai dengan keterbatasan resources yang dimilikinya. Ia mencari pengrajin sepatu lokal, memberikan contoh-contoh desain menarik yang menurutnya akan disukai oleh market di Amerika. Ia meyakini bahwa model sepatu yang begitu disukai masyarakat Argentina dan digunakan mereka sehari-hari ini pastilah akan menarik perhatian konsumen di Amerika karena belum pernah ada yang terpikir sebelumnya untuk "membawa" sepatu ini overseas atau ke negara lain di luar Argentina. TOMS Story ini terus dibagikan oleh Blake setiap kali ia berdiskusi dengan orang-orang maupun dengan calon mitra-nya. Sehingga story ini juga menjadi daya tarik yang autentik bagi pers dan media untuk mengangkat perjalanan brand TOMS.

Story, mission dan movement menjadi kekuatan dari brand ini. Story yang autentik dan contribute something to people in need. Blake mengakui bahwa keterbatasan resources dalam memulai TOM shoes adalah salah satu faktor keberhasilannya. Di beberapa tahun memulai TOM shoes, dana yang dimiliki sangat terbatas, jumlah staff terbatas (4 orang dan sebagian besar diantaranya adalah internship staf), ruang yang terbatas- yang digunakan sebagai kantor tempat aktivitas TOM shoes. 

~ Being comfortable can hurt your creative entrepreneurial spirit

Perusahaan yang dimulai dengan overfunded, cenderung lebih rentan dan mudah goyah daripada perusahaan yang underfunded. Mike Maples, venture capitalist di Silicon Valley, pernah menyebutkan bahwa "too much money, isn't only unnecessary, but also toxic". Salah satu contoh yakni eToys, perusahaan yang mulai dengan dana besar dan menghabiskan jumlah yang besar untuk advertising & marketing. Sayangnya tahun 2001 eToys bankrut, dan kemudian bangkit kembali dibawah kepemilikan yang baru. Sementara Amazon.com, Toys "R" Us dan Walmart berhasil memasuki online toy business dan market-nya bertumbuh luar biasa. 

Terbatasnya resources  di awal justru seringkali membuat tim bekerja sebaik mungkin dalam setiap apa yang dikerjakan. Make the best of  what you have. Keterbatasan tersebut justru membuat kita menjadi lebih bertanggungjawab terhadap waktu, staf, dana. Begitupula menjadi lebih fokus pada partnership.

~ Without resources, you will need a lot of other people's help, and the best way to get that help is to stand for something bigger than just yourself and your business.  

Jadi, jangan takut memulai sesuatu yang kamu yakini, meskipun resources terbatas. Kalau kamu saat ini sedang memulai usaha ataupun start up yang kamu impikan dan menjadi passion kamu, jangan menunggu sampai semua sempurna baru memulainya. Start now, with what you have.  You just have to make magic every day!




PH 30.01.19

*)  Be Resourceful without Resources adalah salah satu insight yang saya dapatkan saat membaca buku Start Something Matters (Blake Mycoskie). Teman-teman bisa membaca tulisan saya tentang insight menarik lainnya dari buku ini, disini:
- Find Your Story
- Keep it Simple
- Face Your Fears







Newer
Stories
Older
Stories

Singer-Songwriter


Indonesian singer-songwriter, Public relations, Musicpreneur.
Debut Album "Bountiful Eyes" (Itunes, Spotify, Physical CD).
-- pennyhutabarat.official@gmail.com
http://pennyhutabarat.com
--


Blog ini berbagi tentang music, life & muses, work, travel dan books.
"Whatever your Dream is, Make It Happen!"

Top Article

Waktu = Nilai Hidup, Kesempatan dan Catatan Perjalanan

W aktu adalah tentang nilai hidup.  Tentu kita mengetahui betapa pentingnya waktu, namun seringkali kita mengabaikan dan melupakannya. Ada...

Blog Archive

  • ►  2021 (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2019 (8)
    • ▼  Desember (2)
      • 2019: Energi dalam Membaca 60 buku dan Membagikann...
      • 2019: God's Grace is Enough
    • ►  April (1)
      • Show Your Work
    • ►  Maret (1)
      • Start Something That Matters
    • ►  Februari (3)
      • Face Your Fears
      • Find Your Story
      • Keep It Simple
    • ►  Januari (1)
      • Be Resourceful Without Resources
  • ►  2018 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (37)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (22)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (27)
    • ►  Desember (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2010 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (7)

trazy

trazy.com

Labels

  • Vocademia UI
  • bountiful eyes
  • buku
  • dreams
  • festival menyanyi
  • focus
  • impian
  • independent musician
  • kolaborasi
  • make it happen
  • menulis
  • mini album
  • musik
  • passion
  • perjalanan
  • seoul
  • simplicity

Instagram

Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top