• Home
  • Music
  • Work & Values
  • MarComm & Branding
  • Travel
  • Books

Blog Penny Hutabarat

moment dan inspirasi

Passion Talk : Natali Ardianto, CTO Tiket.com

21.18
Sekitar sebulan lalu, 9 September 2016, saya dan tim mewawancara seorang CTO muda yang meraih penghargaan sebagai The Most Intelligent CIO pada iCIO awards 2015.
Sosoknya penuh semangat dan bersahabat. Ia adalah Natali Ardianto, CTO dan founder Tiket.com. Sebuah situs one stop travel & entertainment di Indonesia.

Natali yang merupakan Alumni UI-Fasilkom, berbagi tentang pengalaman dan tantangan dalam membangun start-up serta membesarkan sebuah perusahaan. Yang menarik, Natali tidak membatasi diri hanya berbagi tentang kisahnya di dunia entrepreneurship.  Tapi juga membagi insight tentang mindset, human development dan understanding personality types dari perspektif psikologi.

Diskusi hari itu seperti kuliah yang menyenangkan di kelas :). Natali tidak ragu membagi ilmu dan pengalamannya. Dari caranya bertutur dan bercerita, nampak bahwa Natali menyenangi apa yang dikerjakannya, passionate person. 


Wawancara kami untuk produksi video tentang sosok Natali sebagai alumni UI-Fasilkom yang inspiratif, berlangsung sekitar 1 jam. Dan dua jam berikutnya, diskusi santai yang menginspirasi - yang sayangnya tidak terekam dalam materi video tsb :).
Di waktu mendatang, teman-teman bisa melihat video liputan tentang Natali sebagai entrepreneur dan CTO tiket.com. Kami akan share videonya di blog maupun social media. Jadi pantau terus ya blog ini :)


Di artikel ini, saya akan berbagi tentang diskusi menarik yang saya sebutkan tadi (yang tidak terekam/ tersaji di video :). Messages nya cukup melekat, itu salah satu alasan saya bersemangat untuk membagikannya. 

====
Stress-Management

Siapa yang tak pernah mengalami stress dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari?! Tentu kita semua pernah, dengan kondisi dan cara menyikapi yang mungkin berbeda. 
Seberapa besar rasa stress itu bisa mempengaruhi dirimu, lingkungan dan produktivitas kamu? 

Bahasan tentang ini, tentu bukan sesuatu yang baru. Tapi kita diingatkan kembali dan di refresh kembali melalui pengalaman seseorang dan perbincangan yang positif. 

Ketika masalah datang, kita merasa stressfull. Apakah karena solusi yang tak terpecahkan, kondisi yang tak sesuai dengan ekspektasi kita, rekan kerja dan atasan yang tak sevisi dan banyak lagi. Satu hal, MINDSET. 
Mungkin kita tak bisa mengubah lingkungan dan orang lain, tapi kita bisa mengubah mindset kita. Cara kita memandang/ memikirkan dan memahami sesuatu, tentu mempengaruhi banyak aspek dalam hidup kita. Meminimalkan dan me-manage stress, dengan mengubah mindset. 

Natali berbagi : "Kalau orang matanya hijau lihat uang datang, saya hijau bila masalah datang". That's why, I'm happy. Karena hidup ini kita akan terus ketemu masalah dan harus makin terlatih menyikapinya. Misalnya bila atasan tegur saya 'kenapa begini, kenapa begitu'? Lalu saya merespon dengan happy. Teman saya akan bertanya : Natali, koq kamu happy happy aj sich ditegur begitu. 
Natali meresponnya : 'Bila saya dapat memecahkan masalah yang dibahas atasan saya itu, atau at least membuat kondisi yang masalah menjadi ke arah yang lebih baik......saya happy karena bagi saya  berarti VALUE saya semakin naik dan baik, bagi sekeliling saya. 

Value yang dimaksud tersebut bukan valuasi (angka), tapi nilai manfaat dan kebermanfaatannya. Baginya, jangan mau jadi average people yang melakukan hal standar seperti pada umumnya. Jadilah di atas average people, yang punya manfaat dan menjadi 'terang' untuk orang lain. 

Mengingat diskusi dengan Natali Ardianto tsb, saya sempat terpikir : kalau di lingkungan kerja pemerintahan mungkin agak sulit mengubah mindset seperti itu karena sistem seringkali tak mendukung untuk hal tsb.  Tapi kemudian saya ponder (renungkan) kembali :  It starts with ourself! Dimanapun, kita bisa mencoba untuk mengubah mindset yang lebih baik dalam memandang dan memahami sesuatu. Bersyukur bila lingkungan kita juga dapat berubah ke arah yang lebih baik.




====
Problem Solving

Sejak kecil Natali sudah begitu menyukai hal yang berhubungan dengan matematika, komputer dan teknologi. Passion nya di bidang teknologi sudah terpupuk dari kecil. Dari bangku SMA hingga kuliah, ia sering mengikuti project untuk membuat suatu aplikasi/ sistem yang berhubungan dengan teknologi komputer dan internet. Kemampuan itu semakin terasah ketika ia mendalaminya di perguruan tinggi. Di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI), ia mengembangkan skills-nya tak hanya dalam mata kuliah di kelas tapi juga dalam project yang dikembangkannya dan organisasi dimana ia terlibat. 

Ia mengakui bahwa kemampuannya dalam komunikasi masih agak kurang saat di bangku kuliah. Tapi ia tak berhenti melatih dirinya untuk menguasai komunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Ia senang mempelajari personality profile dan behavior seseorang, seperti halnya DISC Profile (Dominance - Influence - Steadiness - Conscientiousness). 

Sumber foto : linkedin Natali Ardianto
Salah satu nilai yang ia petik dalam studi computer science nya di UI, dan kemudian ia implementasikan dalam pekerjaan : Problem Solving. Tugas dan project yang ia kerjakan selalu berhubungan dengan problem solving. Ia dituntut mampu menjadi problem solver dalam membuat dan membangun suatu sistem. Seperti dibagikannya, problem solving ini tentu tak hanya saya temui dalam tugas dan kerja saya. Tapi setiap hari, dari hal kecil sampai besar yang dihadapi, apakah urusan rumah tangga-sekolah anak-pilihan untuk ini dan itu....Natali mengungkapkan ia masih terus belajar dan melatih diri menjadi problem solver yang cermat dan baik. 

Ia menambahkan 'Jangan berhenti belajar. Mungkin saat ini kita melihat masalah demi masalah. Tapi sebenarnya kita juga sedang belajar menyikapi masalah demi masalah tsb. Belajar problem solving dari pengalaman diri dan orang sekitar. Sehingga kita 
makin kuat dalam langkah ke depannya, tentunya dengan 
mindset yang semakin baik. 

==== 

Nature & Nurture

Dua komponen ini punya pengaruh penting dalam hidup manusia, khususnya human development. Nature secara sederhana dapat diartikan warisan genetik, sesuatu yang diwarisi dari orangtua kita. Nurture berkaitan dengan environmental factors, seperti physical environments dan social environments. 

Perilaku kita hampir banyak dipengaruhi oleh nurture. Peran nurture seperti lingkungan keluarga, teman, media, hingga konteks yang lebih besar seperti sekolah, pekerjaan ... cukup besar perannya dalam human development. Dan ini dipelihara atau dikembangkan dengan kapasitas kita untuk belajar serta mempelajari hal baru. 

Natali memperhatikan dua hal ini sebagai hal yang penting dalam ia mengembangkan tim di pekerjaannya. Hal-hal sederhana yang kita amati dari tim dan rekan kerja kita sehari-hari, tentu dipengaruhi dari pemahaman akan nature dan nurture ini. 

The talents have been given by nature but they can only be developed into skills through the hard work of nurture.


Semoga sharing yang saya dapatkan dari perbincangan bersama Natali Ardianto ini juga bisa menginspirasi teman-teman :). 


*) Tulisan ini saya include di kategori atau label Passion Talk! pada blog ini :).  Moment diskusi dan perbincangan tentang Passion, yang saya namakan Passion Talk. 



Artikel terkait lainnya :
Passion Talk Episode 1
Passion Talk Episode 2
Menghadapi Rasa Bosan dan Letih dalam Pekerjaan
Unleash the Potential of Millennial Generation
Dinamika Kerja, Keep Going!
millennial generation

Unleash the Potential of Millennial Generation

23.51

Saya tertarik menggali tentang topik Millenials. Pada Jumat, 30 September 2016, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI menyelenggarakan Breakfast Forum "Temu Alumni Pascasarjana FEB UI" bertempat di Graha Niaga, Sudirman. Dengan topik yang diangkat : 
~ Unleash the Potential of Millennial Generation ~ 

Beberapa pembicara yang dihadirkan yaitu Sanjay Bharwani (SEVP Human Capital Bank Mandiri), Ratih Ibrahim (Psikologi UI dan HR Consultant), Al Fatih Timur (Founder KitaBisa.com) dan Monica Oudang (HR Director Gojek). 

Saya dan beberapa teman alumni FEB UI hadir dalam Forum ini. Saya yakin audience yang hadir mendapatkan insight yang berharga. Khususnya dalam memahami generasi millenials dan bagaimana menggali potensinya. 

===




Berikut sharing saya tentang topik Millenials Generation (mereka yang lahir di era tahun 80an hingga 2000-an). Highlight berikut ini, selain dari temu forum tersebut, juga dari pengalaman di sekeliling 


*) The Effect of Technology
Tidak seperti generasi sebelumnya, millenials tumbuh bersama teknologi. Sebagai hasilnya, generasi millenials ini memiliki habbit/ kebiasaan untuk melakukan beberapa hal dalam satu waktu. Atau kita sebut multitasking. Millenials ini dikenal tech-savvy, apakah dalam hal personal maupun profesional. 
Di satu sisi, ini dapat memberi manfaat dalam beberapa situasi. Mungkin pula di sisi lain, ketergantungan pada teknologi juga dikhawatirkan dapat mengganggu kemampuan untuk memprioritaskan pekerjaan mereka. Atau mungkin kedekatan millenials dengan teknologi dapat membuat mereka lebih baik dalam multi-tasking?

*) Understand the Millennial Generation
Perusahaan perlu memahami habbit, wants, needs dari generasi millenial. Agar dapat memaksimalkan potensi mereka. Mari kita melihat  changing workforce (perubahan pada tenaga kerja).
Elance & Desk 's Survey
Workplace menjadi semakin progressive dan purposeful. Generasi millenial membentuk kembali workplace dengan inovasi, autenticity, mentors, traning dan clarity around communication. Positifnya, para generasi millenial memiliki kecenderungan bahwa mereka punya purpose, goal dan peduli dengan dunia mereka.  

Bagaimana Gen Y (Millenials) ini mengubah workplace - untuk menjadi lebih baik :


  • Millenials merupakan generasi pertama yang tidak takut untuk fight for equality in the workplace. Salah satu contoh sederhana saja : tak hanya pria, ada pula wanita yang bekerja sebagai driver untuk uber, grab, gojek, gocar dst.
  • Millenials berpikir outside the box. Mengacu pada hasil penelitian Elance & Desk, bahwa millenials cenderung lebih kreatif dan memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurial), dibandingkan generasi X. Hal ini tentu essensial bagi perusahaan untuk memiliki sumber daya yang kreatif dan punya forward-thinking solutions. Kita tak bisa menutup mata bahwa entrepreneurs merupakan pendorong ekonomi, salah satu buktinya pada ekonomi Amerika.  


*) Misconceptions about Millennial Generation 

~ Generasi Millenials ini sering disebut tidak loyal karena mudah berpindah-pindah pekerjaan. Apakah demikian? Tidak juga. Coba kita pahami. Dunia digital memberikan semakin banyak pilihan / opsi dan juga kecepatan memperoleh informasi. Akses untuk hal tsb tentu sangat besar bagi generasi ini. 

Dan menjadi tugas perusahaan untuk mengenali perkembangan ini. Bagaimana membuat perusahaan menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi karyawannya. Sehingga mereka (gen Y) dapat menggali potensinya untuk kemajuan perusahaan atau brand. 

Mari kita lihat Google, Facebook, Twitter. Perusahaan tsb membangun atmosfir kerja yang mendorong kreativitas. Lingkungan yang memberi kebebasan bertanggung jawab bagi staf nya, misalnya mereka dapat bekerja mobile di lokasi manapun (di luar kantor) tetapi progress dan hasil kerja tetap terjaga. 

Monica Oudang (HR Gojek) juga membagikan bagaimana atmosfir kerja di Gojek telah membantu mendorong kreativitas, loyalitas dari karyawannya. Yang pada akhirnya berujung pada satisfaction dan keberhasilan perusahaan. Di gojek misalnya, ada aturan / sistem yang tidak mengekang karyawan untuk selalu bekerja. Gojek memberikan kebebasan karyawan mengatur waktu cuti dan waktu kerja nya sendiri. Yang terjadi, justru bukan karyawan malah semakin sering mengambil cuti, tapi justru mereka semakin bijak mengatur waktu cuti nya dan lebih semangat untuk meng-optimalkan waktu kerja. Di sisi lain, perusahaan juga menyediakan rewards dan bonus bagi karyawan yang rajin dan mencapai prestasi tertentu. 


  • Generasi Millenials are selfish and don't give back. Salah satu miskonsepsi tentang generasi Y tsb. Meskipun diakui memang gen Y sering melakukan selfie (foto), mendokumentasikan gambar makanan dan dimana mereka berada, lalu membagikannya di twitter/ fb/ path/ IG dll. Well, walaupun mereka selalu live on social media, menampilkan ini dan itu......tak juga berarti gen Y tsb selfish and don't give back. 




Generasi ini memang sangat ekspresif dalam menunjukkan pikiran dan perasaannya. Mereka terlibat dalam hal-hal sosial, misalnya donasi/ charity, recycle, carpool, atau menjaga anggota keluarga dan kerabat yang sakit. Gen Y menunjukkan pula interest-nya pada Social Entrepreneurhsip, Kolaborasi untuk membantu lingkungan. Teknologi dan aplikasi seperti crowdfunding, couchsurfing, uber semakin berkembang. Ini yang kemudian disebut Millenials mendorong sharing economy (ekonomi berbagi). 



===

Founder kitabisa.com, Al-Fatih Timur, atau yang biasa dipanggil Timmy juga berbagi, bagaimana generasi angkatannya yang terhitung millenials :) punya kepedulian dengan hal-hal sosial dan masyarakat. Kitabisa.com adalah platform crowdfunding seperti kickstarter di amerika. Platform ini mengundang partisipasi masyarakat untuk saling membantu suatu program/ masalah sosial tertentu. Di luar negeri, platform crowdfunding sudah cukup banyak dan sering digunakan, tidak hanya untuk hal berbau sosial tapi juga komersial seperti mengadakan pertunjukan - membuat produk tertentu dst. Namun di Indonesia, kecenderungannya saat ini crowdfunding lebih kepada program sosial. 

Jadi, pemahaman tentang generasi millenials ini semoga dapat menjadi masukan bagi perusahaan dan pemimpin organisasi. 

Catatan bagi leader/ pemimpin organisasi : 
- Start with yourself and then : Give - Teach - Share. 
- Manage through strories & example. 
- Learn & connect. 
- Push yourself more. Rinse and repeat. 
- Have some fun while you're doing it all too. 

Ratih Ibrahim (HR Consultant) berbagi bahwa leaders saat ini sebaiknya tidak berperan sebagai boss tapi Coach. If you deliver the best, they also push theirself to do the best. 


Sanjay Bharwani (SEVP Human Capital Bank Mandiri) menambahkan : enough structure to them. KPI (key performance indikator) per 3 bulan dan fleksibility itu yang terbaik. 

Monica Oudang (HR Gojek) mengutarakan : millenials --> we don't manage them, but we provide tools that they can manage themselves. 

===

Dengan informasi dan sharing tsb, kita dapat memahami lebih baik dan memelihara komunikasi/ diskusi yang baik dengan generasi millenials . 

Dan tentunya mari kita memiliki perspektif dan sudut pandang yang baru dalam melihat generasi millenials. Sehingga dapat bersama-sama mengenali dan mendorong potensi yang ada. 








**)
Terimakasih untuk FEB UI yang menyelenggarakan inspiring talk show dan temu alumni, 30 Sept' 2016. Ditunggu serial berikutnya :)

work

Menghadapi Rasa Bosan dan Letih dalam Pekerjaan

05.05

Tentu kita pernah merasa bosan dengan pekerjaan. Apakah karena lingkungannya, pendistribusian tugas yang kurang merata, tugas yang menumpuk, management culture,  a mismatch between you and your work (mungkin antara job functions and your talents, your experience, your value). Rasa bosan tsb kemudian menimbulkan keletihan, kekesalan.

Seorang teman, Cathy, pernah mengutarakan, setiap sepulang dari kantor ia merasa capek, kepalanya pusing dan badannya pegal-pegal. Ia merasa letih hingga enggan makan malam. Tapi kemudian sahabatnya mengajaknya jalan, ia langsung bersinar-sinar. Semangatnya bangkit dan tidak merasa capek. Pertanyaannya, apakah setelah bekerja 8 jam ia betul-betul merasa letih? Atau berpura-pura saja? Tidak. Ia betul-betul letih.

Keletihan tsb terjadi karena ia bosan terhadap pekerjaannya. Di dunia ini tentu banyak sekali Cathy-Cathy lain semacam itu.

Adapula penelitian psikologi terhadap sekelompok mahasiswa. Bahannya mengenai persoalan yg tidak mereka senangi. Hasilnya adalah para mahasiswa lelah dan ngantuk. Test penelitian itu menunjukkan bila org merasa bosan, maka tekanan darah dan konsumsi oksigen menurun. Tapi begitu orang tsb menjadi senang dan tertarik dgn apa yg sedang dikerjakan, metabolisme nya berfungsi kembali dgn cepat.

Saat mengerjakan sesuatu yg menarik dan menyenangkan, pasti kita jarang merasa lelah kan?! :). Itulah sebabnya mengapa banyak yg menyarankan (lewat buku, pembicaraan dll) agar kita mengerjakan sesuatu yg kita sukai. Di dalam karir misalnya, sering kita dengar bahwa mengerjakan sesuatu yg sejalan dengan passion, pasti hasilnya akan lebih optimal dan menjalankannya enjoy. Atau kita sering mendengar filosofi seperti ini " orang yg berbahagia adalah orang yg mendapatkan pekerjaan yg ia sukai".

Kuncinya tentu menyukai dan menyenangi apa yg kita kerjakan. Tak semua orang di dunia ini bisa mengerjakan sesuatu yg sejalan dengan passion dan kecintaannya. Bila itu terjadi, tentu dunia ini jadi tempat yg selalu menyenangkan dan akan jarang kita dengar karyawan yang mengeluh dengan pekerjaannya. Tapi kenyataannya tidak begitu.

Ingatlah ketika kita berlibur dan jalan-jalan. Walaupun perjalanan yg ditempuh cukup jauh dan sulit misalnya, kita kadang tidak merasa lelah. Kenapa? Karena saat menjalaninya hati kita senang, riang, gembira.

Rasa bosan dalam kerja berakibat keletihan, dan membuat kegiatan + hasil kerja kita berkurang. Pelajaran yg bisa kita petik adalah bahwa keletihan kita seringkali bukan disebabkan karena pekerjaan kita, tapi karena kekhawatiran - kesedihan - rasa kesal dan bosan.

Lantas bagaimana? Kita perlu berusaha mengubah pekerjaan yg membosankan menjadi menarik. Kita coba membangun mindset 'seolah-olah' senang pada pekerjaan yg diberikan,  dan dalam beberapa saat pekerjaan itu jadi benar-benar menyenangkan.

Saya menemukan bahwa saya bisa bekerja lebih cepat bila saya menyukai pekerjaan tsb. Membuat tugas-tugas menjadi menarik dan menyenangkan.  Tujuannya, sesuai yg kita bahas di atas, yaitu mengurangi rasa bosan, lelah, dan cemas.

Dengan membangun mindset seperti itu, berusaha mengubah pekerjaan yg membosankan menjadi menarik, keuntungannya adalah kita mendapatkan energi lebih banyak, semangat lebih besar, dan selama waktu luang kita merasa jauh lebih senang.

Saya pun masih terus berlatih dan mengupayakannya. Mari kita membuat tugas dan pekerjaan kita menjadi lebih menarik dan menyenangkan untuk diri kita. Pikirkan keuntungannya, dapat melipatgandakan rasa bahagia.
Karena separuh waktu kita tentu habis digunakan untuk pekerjaan dan tugas-tugas. Dan bila kita menyukainya, selama bekerja pun kita akan bahagia.
Mungkin upaya kita tsb tidak memberi keuntungan materi, tapi keuntungan yg jauh lebih bernilai yaitu: keletihan menjadi berkurang banyak, energi dan semangat lebih banyak, dan kita pun bisa menikmati saat-saat bersantai juga istirahat.

Bila kamu merasa pekerjaan saat ini belum sesuai dengan passion atau bukan sesuatu yg kamu sukai, mari mencoba untuk menyenangi apa yg kita kerjakan. Mengubah tugas yg membosankan menjadi menarik dan menyenangkan. Kadang tentu energi kita naik turun. Tapi pantas untuk dicoba. Untuk mengurangi kebosanan dan keletihan kita.
`
Kalaupun hal itu tak mudah diterapkan di dunia kerja, at least kita mencoba membangun mindset yg positif, yg hasilnya tentu membuat diri kita dan sekeliling lebih enjoy, bahagia dan mengurangi keletihan.




"Happiness is not only an emotion to be felt but a skill to be mastered" ~ Socrates





Newer
Stories
Older
Stories

Singer-Songwriter


Indonesian singer-songwriter, Public relations, Musicpreneur.
Debut Album "Bountiful Eyes" (Itunes, Spotify, Physical CD).
-- pennyhutabarat.official@gmail.com
http://pennyhutabarat.com
--


Blog ini berbagi tentang music, life & muses, work, travel dan books.
"Whatever your Dream is, Make It Happen!"

Top Article

Waktu = Nilai Hidup, Kesempatan dan Catatan Perjalanan

W aktu adalah tentang nilai hidup.  Tentu kita mengetahui betapa pentingnya waktu, namun seringkali kita mengabaikan dan melupakannya. Ada...

Blog Archive

  • ►  2021 (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (8)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ▼  2016 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ▼  Oktober (3)
      • Passion Talk : Natali Ardianto, CTO Tiket.com
      • Unleash the Potential of Millennial Generation
      • Menghadapi Rasa Bosan dan Letih dalam Pekerjaan
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (37)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2014 (22)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (27)
    • ►  Desember (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2010 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (7)

trazy

trazy.com

Labels

  • Vocademia UI
  • bountiful eyes
  • buku
  • dreams
  • festival menyanyi
  • focus
  • impian
  • independent musician
  • kolaborasi
  • make it happen
  • menulis
  • mini album
  • musik
  • passion
  • perjalanan
  • seoul
  • simplicity

Instagram

Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top