Simplicity is Powerful
03.26
Jangan menutup mata dengan sesuatu yang terlihat sederhana :) Seringkali yang sederhana juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Ketika kita mengerjakan sesuatu, muncul ide-ide yang bisa jadi "membanjiri" pikiran kita sehingga semakin sulit untuk di-elaborate dan di-implementasikan.
Bila berbicara tentang brand strategy, kita dapat melihat contoh nyata dari beberapa brand yang sangat kuat seperti Google, Amazon, dan Apple. Kesuksesan brand tersebut bisa dikatakan berhubungan langsung dengan prinsip "simplicity". Google, Amazon dan Apple berupaya menciptakan sesuatu yang memudahkan penggunanya (simpler for their users).
Mari kita lihat, Google pada tampilan mesin pencari google search...tidak menampilkan design yang rumit dan spektakuler.Ia konsisten menampilkannya secara sederhana dengan blank box yang clean. Lalu, Amazon dengan 1-st click ordering nya, menjadi cara luar biasa yang memudahkan siapapun untuk melakukan pemesanan pembelian hanya dengan satu kali klik. Apple, memanfaatkan prinsip simplicity sebagai kekuatannya melalui kehadiran iTunes store, iCloud storage dan Apple system lainnya yang bekerja secara terintegrasi, fits together dan menyederhanakan interaksi. Bahkan ketiga brand ini mampu membuat kita sebagai konsumennya, melakukan hal yang extraordinary melalui pengalaman (experience) yang diciptakan oleh brand ini.
Its simplicity is also its strength!
Ketika kita memulai dan berfokus pada simplicity, kita akan lebih cenderung dapat memahami konteks, menggali lebih dalam, dan menghindari kecenderungan untuk menambahkan ide-ide (yang bisa jadi kian meluas dan sulit dijangkau). Beberapa point penting yang saya pelajari dan dapat saya bagikan untuk kita bersama-sama belajar membangun prinsip "simplicity" ini yaitu :
- Reduce! Kurangi dan lepaskan yang unnecessary, sehingga kita dapat berfokus pada sedikit ide dan konsep untuk kemudian menggalinya lebih dalam. Do less of it and get it DONE.
- Don't add another thing! Apabila kita menemukan dua atau tiga hal untuk dikerjakan bersamaan dan digabungkan ke dalam ide yang kita miliki, mari kita bawa dan keep hal tersebut, sampai kemudian dapat dijalankan bersamaan dan saling sinergis. Tapi jangan ditambahkan dengan fitur-fitur dan bumbu lainnya, tetap fokus dengan dua atau tiga ide utama yang kita pegang. Sebab, semakin sedikit semakin mudah bagi kita untuk memahaminya lebih dalam dan menganalisanya lebih cermat.
- Don't be too Complex! Hindari kompleksitas. Kembali ke ide utama dan berfokus, tanpa menambahkan pesan-pesan atau fitur-fitur yang membingungkan. Hindari "feature-itis" (fitur-fitur pelengkap yang bukan tujuan dan fungsi utama dari brand kita). Russ Meyer pernah menyebutkan dalam artikelnya : "great brands stand firm once they reach a level of simplicity, resisting the urge to add brand bells and whistles"
- Consider the Context! Dengan memahami konteks, kita dapat menempatkan langkah dan strategi yang tepat sasaran. Bahkan brand yang kuat dan sukses, pasti memetakan dan menelusuri customer experience untuk menemukan cara agar dapat : menyederhanakan (simplify), mengurangi tahapan dan kerumitan (eliminate steps and complications) serta menambahkan value yang berdaya guna bagi konsumennya.
- Go deep! Pertimbangkan berbagai hal dan 'go deep' sehingga kita menemukan bagaimana strategi dan ide utama yang kita bangun dapat fit together. Simplicity disini juga berarti dapat meng-kolaborasi-kan beberapa ide yang berbeda menjadi satu konsep yang powerful.
Jadi, mari kita belajar dan melakukan prinsip "Simplicity" ini. Simplicity tak hanya konsep yang Powerful bagi brand strategy, tapi juga modal penting dalam aktivitas sehari-hari kita. "If we can't explain it simply, we don't understand it well enough" - Albert Einstein
2 komentar
ketemu link ini dari renungan harian kita, waktu liat sisapakah susan boyle, makasih dah mau berbagi, tetap semangat GBU...
BalasHapusTrimakasih jg David..sudah mengunjungi blog sy :) Gbu too..
BalasHapus