Apresiasi `Tuk Bangun Masa Depan yang Lebih Baik
04.12
Apresiasi apakah semahal itu di negeri ini? Kita lebih sering mendengar berita yang menyeramkan bahkan cenderung negatif di masyarakat. Ya, memang ada berita baik dan positif. Namun intensitas berita yang cenderung negatif dan berita yang tidak membangun, lebih sering kita temui dan dengarkan.
Padahal banyak cerita inspiratif yang dapat digali. Berita positif yang menyegarkan tulang-tulang dan memacu semangat seolah tersembunyi di balik layar.
Dapat kita hitung misalnya program TV yang menyajikan berita baik yang menginspirasi seperti Kick Andy, Mata Najwa, Program Desy Anwar di Metro TV.
Lagi-lagi memang berita yang lebih `menjual` yang didahulukan seperti halnya program TV YKS, Fesbukers. `Menjual` disini karena dianggap program tsb mampu meraih rating karena menyenangkan dan entertaining banyak kalangan terutama kalangan menengah ke bawah.
Tapi (lagi-lagi) program TV seperti itu tak punya motivasi mendidik bila dihadirkan tanpa konsep yang jelas, menunjukkan unsur bullying dan kekerasan, unsur lawakan yang menghina dan menyudutkan orang.
Lebih dari 200 juta penduduk Indonesia yang menyaksikan TV setiap hari, apakah tayangan seperti itu yang terus-menerus akan dicekoki. Mirisnya bila stasiun TV yang masih menjadi media utama ini malah merusak generasinya sendiri karena alasan profit dan komersialisasi.
Sedihnya bila anak-anak negeri mengkonsumsi dengan rutin tayangan yang tak mendidik dan menganggap beberapa hal yang negatif yang dihadirkan pada tayangan itu sebagai hal yang lumrah. Jangan sampai anak-anak negeri ini jadi apatis.
Belum berimbang rasanya berita positif yang menggelorakan jiwa, yang menggetarkan semangat pabila dibandingkan berita negatif yang meremukkan tulang dan mendemotivasi jiwa-jiwa.
Jangan sampai 5, 10, 20 tahun ke depan..kita masih seperti ini. Anak-anak negeri perlu arahan, rel, panduan yang membawa mereka maju meraih impian-impian.
Mari kembali ke lingkungan terdekat dan lingkungan terkecil kita. Karna tak mungkin harapan itu dapat diraih tanpa memulainya dari upaya kecil yang konsisten dan menjadi kebiasaan baik. Misalnya, di dunia kerja, kita bisa memulai untuk membangun pribadi-pribadi yang menghargai dan mengapresiasi satu sama lain. Termasuk menghargai hasil kerja teman dan rekan sejawat, bawahan dll. Ubah mind set dan cara pandang. Kita ada untuk melayani bukan dilayani. Jadi sudah pasti kita harus lebih menghargai orang lain dan karya-karyanya. Sebenarnya sederhana, tapi sering (sungguh sering) kita lupa. Misalnya mengucapkan terimakasih, menghargai pencapaian bawahan dan rekan kerja. Memperhatikan dan peduli pada orang-orang di sekeliling kita misalnya dengan tulus berterimakasih pada janitor/office boy yang setiap hari membersihkan ruangan dan membuat kita merasa nyaman karna hasil kerja keras mereka juga.
Apresiasi bagi karyawan, tim kerja sangatlah penting. Meski mereka terlihat diam, bukan berarti tak bekerja. Seperti angsa, terlihat tenang di permukaan, namun sebenarnya kakinya sedang berupaya keras mendayuh agar dirinya terus maju.
Pada saatnya, apresiasi yang baik yang kita mulai dengan konsisten dalam lingkungan kecil akan menularkan kebaikan untuk lingkungan yang lebih besar. Mari Apresiasi orang lain, apresiasi hasil kerja dan karyanya. Beritakan kabar baik, kisah prestasi dan cerita inspiratif, segala yang positif yang mampu meretaskan jiwa-jiwa penyemangat. Bangsa kita sungguh haus dengan motivasi penyemangat jiwa yang kelak memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan yang dapat kita banggakan bersama.
Padahal banyak cerita inspiratif yang dapat digali. Berita positif yang menyegarkan tulang-tulang dan memacu semangat seolah tersembunyi di balik layar.
Dapat kita hitung misalnya program TV yang menyajikan berita baik yang menginspirasi seperti Kick Andy, Mata Najwa, Program Desy Anwar di Metro TV.
Lagi-lagi memang berita yang lebih `menjual` yang didahulukan seperti halnya program TV YKS, Fesbukers. `Menjual` disini karena dianggap program tsb mampu meraih rating karena menyenangkan dan entertaining banyak kalangan terutama kalangan menengah ke bawah.
Tapi (lagi-lagi) program TV seperti itu tak punya motivasi mendidik bila dihadirkan tanpa konsep yang jelas, menunjukkan unsur bullying dan kekerasan, unsur lawakan yang menghina dan menyudutkan orang.
Lebih dari 200 juta penduduk Indonesia yang menyaksikan TV setiap hari, apakah tayangan seperti itu yang terus-menerus akan dicekoki. Mirisnya bila stasiun TV yang masih menjadi media utama ini malah merusak generasinya sendiri karena alasan profit dan komersialisasi.
Sedihnya bila anak-anak negeri mengkonsumsi dengan rutin tayangan yang tak mendidik dan menganggap beberapa hal yang negatif yang dihadirkan pada tayangan itu sebagai hal yang lumrah. Jangan sampai anak-anak negeri ini jadi apatis.
Belum berimbang rasanya berita positif yang menggelorakan jiwa, yang menggetarkan semangat pabila dibandingkan berita negatif yang meremukkan tulang dan mendemotivasi jiwa-jiwa.
Jangan sampai 5, 10, 20 tahun ke depan..kita masih seperti ini. Anak-anak negeri perlu arahan, rel, panduan yang membawa mereka maju meraih impian-impian.
Mari kembali ke lingkungan terdekat dan lingkungan terkecil kita. Karna tak mungkin harapan itu dapat diraih tanpa memulainya dari upaya kecil yang konsisten dan menjadi kebiasaan baik. Misalnya, di dunia kerja, kita bisa memulai untuk membangun pribadi-pribadi yang menghargai dan mengapresiasi satu sama lain. Termasuk menghargai hasil kerja teman dan rekan sejawat, bawahan dll. Ubah mind set dan cara pandang. Kita ada untuk melayani bukan dilayani. Jadi sudah pasti kita harus lebih menghargai orang lain dan karya-karyanya. Sebenarnya sederhana, tapi sering (sungguh sering) kita lupa. Misalnya mengucapkan terimakasih, menghargai pencapaian bawahan dan rekan kerja. Memperhatikan dan peduli pada orang-orang di sekeliling kita misalnya dengan tulus berterimakasih pada janitor/office boy yang setiap hari membersihkan ruangan dan membuat kita merasa nyaman karna hasil kerja keras mereka juga.
Apresiasi bagi karyawan, tim kerja sangatlah penting. Meski mereka terlihat diam, bukan berarti tak bekerja. Seperti angsa, terlihat tenang di permukaan, namun sebenarnya kakinya sedang berupaya keras mendayuh agar dirinya terus maju.
Pada saatnya, apresiasi yang baik yang kita mulai dengan konsisten dalam lingkungan kecil akan menularkan kebaikan untuk lingkungan yang lebih besar. Mari Apresiasi orang lain, apresiasi hasil kerja dan karyanya. Beritakan kabar baik, kisah prestasi dan cerita inspiratif, segala yang positif yang mampu meretaskan jiwa-jiwa penyemangat. Bangsa kita sungguh haus dengan motivasi penyemangat jiwa yang kelak memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan yang dapat kita banggakan bersama.
0 komentar