• Home
  • Music
  • Work & Values
  • MarComm & Branding
  • Travel
  • Books

Blog Penny Hutabarat

buku

Cuplikan Buku `Whatever You Think, Think The Opposite`

01.28
Buku ini bercerita tentang keyakinan diri untuk bertindak dan manfaat dari keputusan yang keliru.
Paul Arden (author) memaparkannya dengan cara yang unik dari sudut pandang yang berbeda dari yang umumnya terpikirkan.

Berikut beberapa insight yang saya rangkum dalam cuplikan `Whatever You Think, Think The Opposite` :

#Berani untuk Mencoba Cara yang Tidak Biasa
- Atlet lompat tinggi dalam Olimpiade Meksiko, Dick Fosbury, melakukan cara yang tidak biasa. Umumnya atlet akan meloncati palang rintangan dengan menyejajarkan badan dengan palang, atau biasa disebut Western Roll. Tetapi atlet ini malah sebaliknya, ia melompat tapi tak menghadapkan badannya ke palang, justru membalikkan badan dan membelakangi palang.

Alhasil dia meraih rekor dunia dan melompat jauh lebih tinggi daripada siapapun sebelumnya dengan berpikir secara berlawanan dari orang-orang lain. Metode lompatan itu kemudian masih dipakai oleh banyak atlet sampai sekarang dan dikenal dengan Fosbury Flop.

# Berani Mengambil Keputusan (meski kadang Keliru)
- Tentu ada hal-hal yang akan kita sesali karena telah mengambil keputusan yang salah. Tapi salah bila kita terus mengambil keputusan yang aman dan masuk akal.
Yang menjadi persoalan dengan keputusan yang masuk akal adalah semua orang juga berpikiran sama.

# Ide Buruk yang Terwujud Masih Lebih Baik daripada Ide Bagus tetapi Tidak Dijalankan
- Ide merupakan masalah selera. Yang dianggap sebagai ide yang bagus bagi sejumlah orang dapat merupakan ide buruk atau membosankan bagi orang lain.
Ide yang bagus adalah solusi cerdik terhadap masalah. Namun jika sebuah ide tidak diambil dan digunakan sebagai solusi terhadap suatu masalah, ide tsb tidak ada harganya.

Ide itu menjadi non-ide bila hanya tersimpan di laci dan tak ada gunanya. Yang lebih parah daripada tidak berguna, ide tsb menjadi pemborosan ruang.
Jadi ide harus dapat diterapkan sebelum diakui sebagai ide yang bagus.

# Kerjakan, kemudian Perbaiki sambil Jalan
- Banyak orang yang menghabiskan banyak waktu mencoba untuk menyempurnakan sesuatu sebelum mereka benar-benar melakukannya.
Instead of waiting for perfection, run with what you`ve got, and fix it as you go.
moment dan inspirasi

Apresiasi `Tuk Bangun Masa Depan yang Lebih Baik

04.12
Apresiasi apakah semahal itu di negeri ini? Kita lebih sering mendengar berita yang menyeramkan bahkan cenderung negatif di masyarakat. Ya, memang ada berita baik dan positif. Namun intensitas berita yang cenderung negatif dan berita yang tidak membangun, lebih sering kita temui dan dengarkan.

Padahal banyak cerita inspiratif yang dapat digali. Berita positif yang menyegarkan tulang-tulang dan memacu semangat seolah tersembunyi di balik layar.
Dapat kita hitung misalnya program TV yang menyajikan berita baik yang menginspirasi seperti Kick Andy, Mata Najwa, Program Desy Anwar di Metro TV.

Lagi-lagi memang berita yang lebih `menjual` yang didahulukan seperti halnya program TV YKS, Fesbukers. `Menjual` disini karena dianggap program tsb mampu meraih rating karena menyenangkan dan entertaining banyak kalangan terutama kalangan menengah ke bawah.
Tapi (lagi-lagi) program TV seperti itu tak punya motivasi mendidik bila dihadirkan tanpa konsep yang jelas, menunjukkan unsur bullying dan kekerasan, unsur lawakan yang menghina dan menyudutkan orang.

Lebih dari 200 juta penduduk Indonesia yang menyaksikan TV setiap hari, apakah tayangan seperti itu yang terus-menerus akan dicekoki. Mirisnya bila stasiun TV yang masih menjadi media utama ini malah merusak generasinya sendiri karena alasan profit dan komersialisasi.
Sedihnya bila anak-anak negeri mengkonsumsi dengan rutin tayangan yang tak mendidik dan menganggap beberapa hal yang negatif yang dihadirkan pada tayangan itu sebagai hal yang lumrah. Jangan sampai anak-anak negeri ini jadi apatis.

Belum berimbang rasanya berita positif yang menggelorakan jiwa, yang menggetarkan semangat pabila dibandingkan berita negatif yang meremukkan tulang dan mendemotivasi jiwa-jiwa.

Jangan sampai 5, 10, 20 tahun ke depan..kita masih seperti ini. Anak-anak negeri perlu arahan, rel, panduan yang membawa mereka maju meraih impian-impian.

Mari kembali ke lingkungan terdekat dan lingkungan terkecil kita. Karna tak mungkin harapan itu dapat diraih tanpa memulainya dari upaya kecil yang konsisten dan menjadi kebiasaan baik. Misalnya, di dunia kerja, kita bisa memulai untuk membangun pribadi-pribadi yang menghargai dan mengapresiasi satu sama lain. Termasuk menghargai hasil kerja teman dan rekan sejawat, bawahan dll. Ubah mind set dan cara pandang. Kita ada untuk melayani bukan dilayani. Jadi sudah pasti kita harus lebih menghargai orang lain dan karya-karyanya. Sebenarnya sederhana, tapi sering (sungguh sering) kita lupa. Misalnya mengucapkan terimakasih, menghargai pencapaian bawahan dan rekan kerja. Memperhatikan dan peduli pada orang-orang di sekeliling kita misalnya dengan tulus berterimakasih pada janitor/office boy yang setiap hari membersihkan ruangan dan membuat kita merasa nyaman karna hasil kerja keras mereka juga.

Apresiasi bagi karyawan, tim kerja sangatlah penting. Meski mereka terlihat diam, bukan berarti tak bekerja. Seperti angsa, terlihat tenang di permukaan, namun sebenarnya kakinya sedang berupaya keras mendayuh agar dirinya terus maju.

Pada saatnya, apresiasi yang baik yang kita mulai dengan konsisten dalam lingkungan kecil akan menularkan kebaikan untuk lingkungan yang lebih besar. Mari Apresiasi orang lain, apresiasi hasil kerja dan karyanya. Beritakan kabar baik, kisah prestasi dan cerita inspiratif, segala yang positif yang mampu meretaskan jiwa-jiwa penyemangat. Bangsa kita sungguh haus dengan motivasi penyemangat jiwa yang kelak memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan yang dapat kita banggakan bersama.
berbagi buku

Lik'ku Project

02.11
Di akhir minggu lalu, tepatnya 15 Maret 2014, muncul ide dalam pikiran untuk membuat project Menulis Cuplikan Buku. Project ini saya namakan Lik'ku.Singkatan dari 'Cuplikan Buku'. 

 Berangkat dari kesukaan menulis dan membaca buku, saya ingin berbagi dengan teman-teman. Awalnya, yang terlintas di pikiran adalah 'Berbagi Bacaan Inspiratif', yaitu koleksi buku saya (tidak banyak sich :)) ingin saya pinjamkan pada teman-teman khususnya di lingkungan terdekat seperti di kampus/ kantor. 
Inspirasi bisa datang dari mana saja kan : percakapan, gambar/ foto, tulisan dan buku bacaan. Beberapa buku dari koleksi saya, mendorong munculnya ide dan inspirasi. Saya ingin sekali berbagi dengan teman-teman, apabila mungkin buku-buku tersebut juga dapat menginspirasi tapi yang lebih penting dapat menambah wawasan dan open our mind. 

Jadi, Project Lik'ku ini sejalan dengan program "Bacaan Buku Inspiratif" yang baru saya mulai. Untuk "Bacaan Buku Inspiratif", langkah berbagi yang ingin saya lakukan adalah meminjamkan koleksi buku-buku inspiratif ke teman-teman dan mengajak mereka untuk juga ikut berbagi koleksi bacaan inspiratif nya. So...join and share!
Untuk Lik'ku, cakupannya saat ini adalah khusus pada penyajian cuplikan buku. Jadi dari buku-buku yang saya baca, saya akan membuat seperti summary dari apa yang saya baca, lalu insight yang saya peroleh dari buku itu dan berbagi dengan teman-teman untuk menambah cakrawala pengetahuan kita bersama. Cuplikan buku pertama yang sajikan yaitu Fokus (A Simplicity Manifesto).
Teman-teman yang tertarik untuk ikut membuat cuplikan buku dan hobby menulis, juga bisa join and share!

Let's start and make it happen! 

*Everything in this life will be more beautiful, if we SHARE it!
buku

Cuplikan Buku : FOCUS “ A Simplicity Manifesto in the Age of Distraction”

02.37

Buku ini sederhana tapi mengena! Leo Babauta (author) meng-highlight konsep tentang : FOCUS, SMALLER THING, LESS,  SIMPLICITY….  dengan cara bertutur, ide dan tips sederhananya yang memang dekat dengan keseharian kita, namun sering kita abaikan.
=====

#The Age of Distraction
Setiap hari kita berhadapan dengan berbagai distraction (kebingungan, gangguan) . Saat bekerja misalnya, telepon yang nyaris sering berdering, notifikasi email di komputer kerja, surfing the web,  lalu keinginan untuk membuka social networks seperti Facebook, Twitter, blog, forum . Bahkan sejumlah orang become addicted to being connected and distracted. Pernah dengar teman yang mengatakan “rasanya ada yang kurang kalau belum buka Facebook atau update Twitter sehari ajj”.
Kita hidup di dunia yang penuh keingintahuan “Curious times”, yang kita sebut Age of Information . Tapi ini juga bisa berarti Age of Distraction. Bahkan keinginan untuk terkoneksi dengan social media , memperoleh informasi setiap waktu, menghadapi distraction yang konstan sudah makin menjadi lifestyle. 

# The Importance of Finding Focus
Leo Babauta membagi gagasannya untuk kita menemukan kunci menghadapi distraction yang begitu menyibukkan kita dan membuat seringkali kita menjadi tidak produktif karena mengerjakan banyak hal. Kuncinya adalah : FOCUS.  Dengan fokus, kita dapat lebih slow down ; peace of mind. Sekaligus mengarahkan kita untuk fokus pada hal-hal yang essensial, the things that matter most.
Apalagi bila kamu adalah tipe orang yang senang creates sesuatu, maka tentulah Fokus menjadi sangat penting. Apakah sebegitu pentingnya untuk menerapkan kebiasaan/ habit untuk FOCUS dan SIMPLICITY?  Ya, kita tentu memerlukan waktu tenang untuk merefleksi, merenung dan melahirkan ide-ide kreatif. We need the rest, we need to de-stress, and we need to recharge our mental batteries.

#The Beauty of Disconnection
There are the moments when disconnection shows its glorious face.
Bukanlah teknologi yang harus kita hindari atau takuti tapi perlunya kemampuan dalam me-manage diri terhadap distraction yang membuat kita ingin selalu terkoneksi dan terbombardir oleh informasi. Masing-masing kita perlu waktu untuk create sesuatu yang bermanfaat ataupun berkoneksi dengan orang secara langsung (real people).
Disconnection adalah solusinya. Sangat sulit bagi banyak orang, karena connection terhadap internet cenderung addictive. 

#The Value of Distraction
Distraction di satu sisi adalah musuh dari fokus. Tapi di sisi lain, distraction juga penting untuk beberapa alasan. Misalnya pikiran kita butuh istirahat dan relax dari aktivitas fokus tsb, dan distraction bisa membawa fun, bisa juga memberi inspirasi (cth. Membaca beberapa tulisan yang lucu dan memotivasi).
Distraction can lead to better focus, once we go back to focusing.
Sehingga yang dibutuhkan adalah : BALANCE (conscious, purposeful balance).

#Finding Simplicity
When it comes to finding focus, simplifying is a great place to start.
Kuncinya adalah : “find what matters most to you! “. Kita harus belajar untuk mengatakan ‘tidak’ untuk beberapa request dari orang lain. Berkata “tidak” juga berarti kamu menghargai waktu dan dirimu sendiri.
Kita harus belajar “to do less”. Sulit bagi banyak orang karena kita terbiasa dengan pemikiran bahwa semakin banyak yang dilakukan, semakin produktif. Dan seringkali orang berpikir bahwa bila terlihat sibuk, orang akan menduga bahwa kita produktif dan penting. Ahh…itu semua tak selamanya benar, right?! Being busy, doesn’t mean anything, other than we’re stressed out.
Doing important work is what true productivity is all about, and it doesn’t necessarily mean we’re ridiculously busy. Focus on fewer but higher-impact tasks.
"A Simpler life probably means fewer possessions".
 "A Simpler life means less distractions, less busy-ness, less clutter and more space for what matters  most to you".


festival menyanyi

Panggung Pembelajaran

01.30
Di setiap kesempatan men-juri dalam Festival Menyanyi, saya slalu menyampaikan bahwa panggung dimana para peserta berkompetisi adalah Panggung Pembelajaran. 
"Panggung Pembelajaran" berarti peserta siap menang atau kalah, dan membawa pulang 'value' dari pelajaran yang ditemukannya di panggung itu.Panggung pada festival / kompetisi menyanyi akan memberikan berbagai pelajaran untuk mereka yang memang mau belajar, memperhatikan, mendengarkan dan membuka pikirannya untuk saran/kritik.


Saya pernah merasakan sebagai peserta yang berkompetisi dalam Festival-festival musik. Sejak usia 7 tahun 'nyemplung' ikut festival menyanyi ataupun festival bermain gitar. Tidak selalu saya menang dan berhasil membawa pulang trophy atau hadiah. Yang ingin saya bagikan di tulisan ini bukanlah tips kemenangan dan cerita-cerita prestasi tersebut. Tapi mengelola kekalahan atau kegagalan menjadi pembelajaran yang suatu hari semoga bisa kita tuai manfaatnya.

Saya juga ingin berbagi bukan tentang Lomba atau kompetisi menyanyi yang ditentukan oleh besarnya SMS dan vote, tapi Festival menyanyi konvensional yang dinilai oleh juri secara objektif berdasarkan kemampuan teknik dan materi vocal.

Tulisan ini berawal dari pertanyaan peserta yang gagal dalam Festival dimana saya berkesempatan menjadi juri. Beberapa dari mereka yang curious dan eager to learn pasti akan bertanya 'apa yang kurang dalam teknik atau penampilan saya Mbak'. Dan saya senang melihat mereka yang mau belajar dari kekalahan. 

Kita tau, bahwa dalam kompetisi pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Mereka yang menang adalah yang memberikan penampilan terbaik dari sisi teknik&materi vocal, penguasaan lagu, dinamika&ekspresi serta attitude yang baik saat menyanyi di hadapan audience. Mereka yang belum berhasil atau kalah dalam festival tsb, bukan berarti tidak berpotensi. Mereka hanya belum memadukan ketrampilan menyanyinya dari berbagai sisi yang saya utarakan tadi. Mereka belum merasa yakin dengan talentanya.
Namun tentu basic dalam menyanyi harus dikuasai dulu seperti pitch, tempo, phrasering, hearing.
Bila basic tsb sama sekali belum dipelajari tentu itu salah satu faktor kegagalannya. 

Nah...yang ingin saya utarakan bukanlah untuk mereka yang belum menguasai basic ini. Tapi untuk mereka yang sudah ada pada level belajar menyanyi (apakah itu belajar otodidak atau kursus), dan sudah punya bekal dasar dalam menyanyi. Dengan kata lain sudah bernyanyi dengan pitch yang baik, tempo yang sesuai, phrasering yang selaras dengan lagu dan hearing yang men-support dirinya untuk menjangkau pitch pada lagu. Namun mengalami kegagalan dalam festival/ kompetisi menyanyi.

Baiklah, sekarang kita masuk ke main idea tulisan ini : bagaimana mengelola kekalahan menjadi pembelajaran yang bernilai? Bagaimana menggunakan kesempatan untuk menyanyi di hadapan  audience sebagai 'panggung pembelajaran'?

Saat kalah dalam kompetisi, tentu kita kecewa. Tapi jangan berlarut kekecewaannya. Temukan apa yang kurang dan bisa diperbaiki. Contoh : ketika SMP saya mengikuti Festival menyanyi, masuk 3 besar lalu kalah. Usai festival, saya menemui juri dan bertanya apa yang kurang? Saat itu dikatakan power nya masih kurang. Baiklah, saya pun mencatat itu dalam benak saya dan berlatih memperbaiki power menyanyi. Saya bertanya pada saudara saya yang seorang pelatih vocal, walaupun saya tidak pernah khusus kursus dengan dirinya karena lokasi tempat tinggal nya yang Jauh, tapi berkomunikasi by phone dan bertanya padanya. Lalu saya praktekkan apa yang dia sampaikan, melatihnya secara Rutin dan seiring waktu saya bisa merasakan progress nya. Orangtua dan teman juga bisa menjadi evaluator terbaik, biasanya saya menanyakan apakah sudah terdengar lebih baik dst.

Di festival lainnya, waktu usia 14 tahun berkompetisi dengan peserta lainnya yang berusia jauh di atas saya (sy menjadi peserta termuda dan terkecil saat itu), bertemu dengan seorang Juri senior : Yonas Pareira. Beliau berkecimpung di PAPPRI dan KCI. Di festival ini saya berhasil meraih Juara, tapi usai festival saya dan orangtua menemui juri berdiskusi apa yang masih perlu saya pelajari. Alhasil, beliau mendidik saya khususnya dalam teknik dinamika&ekspresi. Dan sekarang saya merasakan manfaat dari didikannya.

Di festival lainnya, saat usia 17 tahun, saya bertemu dengan peserta-peserta yang luar biasa. Lalu mendengarkan improvisasi mereka yang meliuk-liuk. Saya hanya sampai di grand final dan gagal meraih juara. Saya belajar dari salah satu juri yang kemudian menjadi mentor bermusik yang melibatkan saya dalam banyak kesempatan recording, yaitu James F Sundah. Dari kegagalan pada festival tsb, saya belajar sesuatu yang saat itu belum saya kuasai yaitu teknik falseto dengan power yang serupa dengan suara asli. Kemudian belajar 'membagi' suara (suara 2 atau 3), sambil melatih hearings. Dan yang menarik, saya juga belajar satu hal dari mentor saya tsb, bahwa improvisasi harus lah datang dari hati. Jika dirasa tak perlu dan tak muncul dari Hati, lebih baik tidak di improvisasi.

Ok, sekarang bagaimana kita melihat panggung kompetisi dan festival sebagai panggung pembelajaran. Bayangkan bahwa dirimu ada pada moment itu bukan untuk bertanding, tapi untuk memberikan yang terbaik dari yang kamu pelajari. Ini berarti jangan takut salah, jangan takut kamu kalah. Do your best! Menyanyilah tanpa beban dan natural. 
Tapi jangan pernah lewati step untuk bertanya pada mereka yang berpengalaman (apakah juri, teman yang punya pengalaman sebelumnya), tanyakan bagaimana lagu itu didengar dan dirasakan. Cara lainnya adalah koreksi diri, kita tentu punya kemampuan analysis yang membantu diri untuk melihat atau merasakan, contoh : dari raut wajah penonton yang kamu lihat, tentu kita bisa merasakan apakah lagu itu 'sampai' / pesannya ter-deliver pada mereka.

Gunakan panggung festival atau perlombaan menyanyi juga sebagai tempat untuk belajar dari peserta lainnya. Cara dan attitude peserta lainnya dalam festival perlu kita perhatikan, bukan untuk membandingkan tapi untuk menyerap apa yang baik untuk dijadikan referensi dan sesuaikan dengan karaktermu. Tak hanya itu, belajar juga dari pemusik yang mengiringi kamu. Hampir sering mereka punya ide dan komposisi menarik untuk membantu penampilanmu dalam membawakan sebuah lagu.

Setelah itu, kembali ke diri kamu sendiri. Mana pembelajaran yang positif, coba dan latihlah. Lalu praktekkan pelajaran baru itu dalam 'panggung' berikutnya, sehingga kamu bisa menguji apakah yang kamu pelajari itu sesuai atau tidak, berhasil atau tidak.

Tapi satu hal penting yang perlu kita pahami "Winning isn't everything, but Learning is'.
Jadi tersenyumlah kalau kita gagal tapi masih punya tekad untuk belajar. Suatu hari, kita akan flash back mengingat moment yang pernah dijalani dan berkata " Iya ya, kalau gw gak gagal, mungkin gw gak akan terpacu untuk belajar hal ini'.


make it happen

#StartNow #MakeItHappen

00.17


Seringkah kamu merasa bahwa apa yang ingin dikerjakan atau bahkan diimpikan & belum juga terwujud? Kita mungkin memberi excuse : "belum sempat", tapi rasanya itu bukanlah alasan yang tepat. 
Pernahkah kamu mengurungkan niat atau membatalkan tekad untuk mewujudkan sesuatu yang kamu impikan? Dengan alasan kamu takut dan belum siap? rasanya itu lagi (lagi) bukanlah alasan yang tepat. 

Menurut saya, problems terletak pada "Belum Memulainya". Terjadi karena banyak faktor, mungkin dari internal (khawatir, takut, belum percaya diri dll) atau eksternal (waktu, dana, support orang-orang).  
Beberapa buku yang saya baca (salah satunya buku "Chris Guillebeau - The $100 StartUp) semakin menginspirasi saya untuk  "Don't wait for someone to get you started. Start yourself"!

Ya, bila kita menunggu sampai orang lain menawarkan sesuatu yang kita impikan, kita akan kecewa bila itu tidak kunjung tiba. Lebih baik berusaha dan memulai dengan apa yang kita miliki dengan tetap berpengharapan dalam Tuhan.

Starting with what you have! Rasanya ini kalimat yang tepat untuk menjelaskan bahwa kita tidak perlu menunggu sampai sesuatu sempurna untuk kita mulai lakukan/ kerjakan. Kita bisa memulainya dari satu ide sederhana. Idea doesn't need to be big. Sometimes small idea is powerfull. Dan tentu memulai dari keberanian untuk melakukannya. Jika kamu ingin menjadi penulis, mulailah menulis. Go ahead, do that!

Spirit atau semangat #StartNow  #MakeItHappen ini mulai saya tekadkan dalam diri sejak 2013 lalu. Bermula dengan hal-hal kecil yang rutin seperti bangun pagi lebih awal, untuk memiliki waktu melakukan beberapa hal (seperti doa/ saat teduh, vocalizing, menyiapkan sarapan, tiba di kantor lebih awal sehingga masih sempat menata meja kerja pribadi dan memulai berbagai to-do-list). 



Lalu di awal tahun 2013, saya mulai mencicil rencana project #VenitaMusic. Sedikit demi sedikit saya lakukan rencana dan persiapannya tiap hari, seperti membaca buku-buku tentang Music Digital, melakukan riset kecil-kecilan dengan teman, komunikasi dengan teman-teman yang memiliki passion yang sama di bidang musik dan menulis serta produksi lagu.  Walaupun project tsb belum selesai dan belum terwujud saat ini, tapi saya bersyukur sudah memulainya dan semoga bisa tercapai di tahun 2014 ini. 

Hari ini saya tergerak menulis kembali "Misi  #StartNow #MakeItHappen (yang sejujurnya selama ini hanya saya tuangkan di catatan pribadi/ di twitter). Dan akhirnya saya share di blog karena pagi ini saya mengajak tim di kantor saya untuk menata work desk nya. Hampir sering saya lihat work desk mereka berantakan (messy), tapi tak kunjung dirapikan. Saya pun gemas dalam hati dan merasa bagaimana ide kreatif bisa muncul kalau work space nya tidak nyaman dan menyenangkan. Saya pun meminta mereka untuk #StartNow dan kami bekerjasama menatanya menjadi lebih apik. 
Menata meja kerja sendiri rasanya sepele tapi penting untuk menyegarkan atmosfir berpikir kita, memindahkan dokumen-dokumen yang menumpuk dan mengorganisirnya. Hasilnya..bukan hanya kita yang merasa senang, lega tapi orang lain juga bisa merasakan keindahannya. 
#StartNow

Ya, mari kita mulai dari hal kecil dan sederhana tapi memberikan manfaat buat kita. Lalu terapkan itu untuk sesuatu yang menjadi real passion kita. Sekali lagi, Starting with what you have! Start Doing! :)

The act of beginning something is powerful (Chris Guillebeau)




Newer
Stories
Older
Stories

Singer-Songwriter


Indonesian singer-songwriter, Public relations, Musicpreneur.
Debut Album "Bountiful Eyes" (Itunes, Spotify, Physical CD).
-- pennyhutabarat.official@gmail.com
http://pennyhutabarat.com
--


Blog ini berbagi tentang music, life & muses, work, travel dan books.
"Whatever your Dream is, Make It Happen!"

Top Article

Waktu = Nilai Hidup, Kesempatan dan Catatan Perjalanan

W aktu adalah tentang nilai hidup.  Tentu kita mengetahui betapa pentingnya waktu, namun seringkali kita mengabaikan dan melupakannya. Ada...

Blog Archive

  • ►  2021 (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (3)
  • ►  2020 (3)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (8)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (14)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2017 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (40)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (2)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (37)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (2)
  • ▼  2014 (22)
    • ►  Desember (3)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (2)
    • ▼  Maret (6)
      • Cuplikan Buku `Whatever You Think, Think The Oppos...
      • Apresiasi `Tuk Bangun Masa Depan yang Lebih Baik
      • Lik'ku Project
      • Cuplikan Buku : FOCUS “ A Simplicity Manifesto in ...
      • Panggung Pembelajaran
      • #StartNow #MakeItHappen
    • ►  Januari (1)
  • ►  2013 (27)
    • ►  Desember (10)
    • ►  September (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  April (8)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2012 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2011 (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2010 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2009 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (7)

trazy

trazy.com

Labels

  • Vocademia UI
  • bountiful eyes
  • buku
  • dreams
  • festival menyanyi
  • focus
  • impian
  • independent musician
  • kolaborasi
  • make it happen
  • menulis
  • mini album
  • musik
  • passion
  • perjalanan
  • seoul
  • simplicity

Instagram

Template Created By : ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top